JAKARTA, GLOBALPLANET - Puncak musim kemarau fase pertama ini sendiri diperkirakan akan terjadi pada periode Februari sampai Maret. Hal ini berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bahwa sebagian wilayah Riau yang merupakan produsen sawit telah memasuki masa peralihan musim dari hujan ke kemarau fase pertama 2020.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung mengemukakan realisasi penanaman sendiri tak bakal banyak terganggu selama petani mengikuti prosedur penanaman yang dianjurkan.
Untuk bibit sawit, dia menjelaskan tanaman yang ideal ditanam pada kondisi cuaca adalah yang berusia di bawah 14 bulan. Selain itu, proses penanaman pun disebutnya perlu disertai dengan ketersediaan alat dan infrastruktur pendukung.
“Penanaman sawit pada kemarau tetap bisa dilakukan dengan catatan bibit yang ditanam tidak lewat umur. Usia ideal bibit untuk ditanam adalah 9 sampai 14 bulan,” ujarnya, dikutip dari Bisnis.
Dari segi akses, Gulat menjelaskan bahwa aturan dalam program PSR mewajibkan koperasi petani untuk memperoleh bibit produsen bibit tersertifikasi. Petani pun tak disarankan untuk menjalin rekanan dengan penangkar demi menghindari penanaman bibit palsu dengan produktivitas rendah.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, total rekomendasi teknis peremajaan kebun sawit milik rakyat sejak diluncurkan pada 2017 sampai pertengahan November 2019 tercatat mencapai 120.353 hektare (ha). Jumlah ini terbilang masih sedikit mengingat total luas kebun sawit yang berpotensi diremajakan mencapai 2,4 juta ha.
Adapun untuk 3 tahun ke depan, pemerintah menargetkan dapat merealisasikan peremajaan pada 500.000 ha dengan rata-rata rekomendasi teknis setiap tahun untuk 180.000 ha.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), realisasi penyaluran dana peremajaan sampai November 2019 telah mencapai Rp2 triliun atau 84,93 persen dari alokasi Rp2,35 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi sampai November 2018 yang hanya mencapai 15,03 persen dari alokasi Rp2,34 triliun atau sebesar Rp352,76 miliar.