JAKARTA, GLOBALPLANET - Menteri ESDM RI, Arifin Tasrif mengatakan realisasi tersebut belum perhitungan penuh sampai akhir tahun. Kementerian ESDM mengaku masih akan melakukan inventarisasi data hingga akhir Januari 2020 untuk mencatat realisasi pemanfaatan biodiesel dalam negeri selama 2019.
Meskipun realisasi yang tercatat baru 75 persen dari target pemenuhan konsumsi domestik yang sebesar 6,6 juta kl, terjadi penghematan devisa senilai US$3,35 miliar atau Rp48,19 triliun.
Pada 2020, target produksi biodiesel melalui mandatori B30 sekitar 10 juta kl. Target ini lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 7,37 juta KL. Sementara itu, realisasi produksi 2019 lebih tinggi dari target, yakni sebesar 8,37 juta kl.
"B20 di tahun 2019 mencapai 6,26 juta kl, ini prognosis. Kami masih finalkan lagi pada akhir Januari nanti," katanya, dikutip dari Bisnis, Kamis (9/1/2020).
Adapun produksi biodiesel terus mengalami peningkatan sejak mandatory diperluas. Pada 2014, produksi biodiesel sebanyak 3,96 juta kl, setelahnya 2015 1,62 juta kl, 2016 3,65 juta kl, 2017 3,41 juta kl, dan 2018 6,16 juta kl.
Tahun ini, pemerintah mulai menjalankan mandatory B30. Meskipun masih memiliki kekurangan, yakni dari sifat pelenyap karat yang mengakibatkan penggantian filter bahan bakar lebih cepat, namun hal itu dianggap tidak terlalu bermasalah.
"Memang pada awalnya pemakai alami kesulitan dengan filter, tapi selanjutnya engine-nya akan lebih bersih dan mulus," katanya.
Sementara itu, pemerintah pun siap melakukan serangkaian uji coba B40.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) ESDM Dadan Kusdiana mengatakan penerapannya dimulai akhir 2020 dan B50 dimulai awal 2021. Khusus B40, uji laboratorium akan dilakukan Awal Februari 2020 dengan target rampung uji jalan adalah pada Juli atau Agustus 2020. (*)