JAKARTA, GLOBALPLANET - Kontribusi energi baru dan terbarukan (EBT) yang menjadi salah satu sumber energi bersih di Indonesia masih minim. Konsumsi BBM Indonesia setiap harinya adalah 1,3 juta barel, dipenuhi dari kilang dalam negeri 70 persen, 28 persen impor dan 2 persen biodiesel.
Pengembangan energi alternatif terus dilakukan untuk menghasilkan energi bersih yang meminimalkan emisi. Salah satu pengembangan yang telah berhasil adalah energi alternatif berbahan baku minyak kelapa sawit atau dikenal sebagai biodiesel.
Biodiesel berbasis Crude Palm Oil (CPO) bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan didorong menjadi salah satu pilihan energi terbarukan. Kehadiran biodiesel CPO mempercepat pencapaian SDG’s di bidang energi, bahkan digadang-gadang menjadi bahan bakar masa depan.
Terdapat beberapa kelebihan yang menjadikan biodiesel CPO sebagai harapan energi masa depan, diantaranya sebagai pengganti bahan bakar fosil (khususnya solar), menjadi sumber energi terbarukan yang terus menerus, memiliki daya saing ekonomi yang tinggi, mengurangi emisi sehingga ramah lingkungan dan aman bagi manusia dan juga aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.
Penerapan penggunaan biodiesel sudah dimulai sejak 1 September 2018 melalui program B20 yaitu kewajiban pencampuran bahan bakar nabati (minyak sawit) ke dalam bahan bakar solar. Dampak positif dari B20 adalah terjadi penurunan impor solar 4.000 kiloliter per harinya.
Peningkatan penyerapan biodiesel terus dilakukan, pada awal 2020 penggunaan 30 persen (B30) komposisi minyak sawit akan diterapkan. Menurut perhitungan Badan Litbang Kementrian ESDM, penggunaan B30 dapat mengurangi impor solar sebesar 8-9 juta kilo liter, sehingga dapat menghemat pengeluaran impor solar mencapai 70 trilliun.
Pengembangan biodiesel sawit sangat strategis, karena minyak sawit sebagai bahan baku yang tersedia di dalam negeri dan melimpah. Indonesia menjadi produsen sekaligus eksportir nomor satu untuk CPO di dunia, dengan total produksi 43 juta ton pada tahun 2018.
Kebutuhan CPO untuk produksi B30 dalam setahun baru mencapai sekitar 8,1-8,2 juta ton, sehingga dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Biodiesel sawit Indonesia memiliki keunggulan kompetitif berupa harga karena bahan baku dalam negeri yang melimpah akan memperkecil biaya produksi dan besarnya biaya produksi mempengaruhi penentuan harga. Penggunaan biodiesel sawit harus terus dioptimalkan sebagai upaya mewujudkan energi bersih dan terjangkau di Indonesia.
Ratna Yulianti – Universitas Tanjungpura