JAKARTA, GLOBALPLANET - Curhatan tersebut disampaikan Subagyo kepada Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) langsung dalam pembukaan rapat koordinasi nasional Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Tahun 2020.
"Kami butuh sangat besar, kami ingin membangun pabrik katalis. Saya ingin ada pabrik katalis," kata Subagyo, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (30/1/2020).
Subagyo menjelaskan, selama ini dalam mengembangkan produk sawit, ITB telah bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero). Bahkan, perusahaan pelat merah tersebut menjadi pihak yang mengucurkan dana yang cukup besar.
Tak hanya itu, peneliti juga mendapatkan dana bantuan dari Badan Pengelolaan Dana Perkebunan (BPDP) Sawit sebesar Rp46 miliar. Dana tersebut, selama ini digunakan peneliti untuk mengembangkan sawit.
"Kami sangat terbantu banyak. Ada alat Rp8 miliar [dari Pertamina], itu ada di laboratorium kami. Baru ini kami dapat Rp46 miliar dari BPDP Sawit. Itu kami rasa sudah besar," kata Subagyo.
Subagyo mengatakan dana-dana tersebut bisa dipergunakan peneliti untuk mengembangkan produk kelapa sawit menjadi program andalan pemerintah bernama B20, yang kini secara bertahap naik menjadi B30.
"Jadi resep katalis tidak akan lepas ke luar negeri. Resep itu terpaksa di jahit katalis ke pabrik milik multinasional. Sejak dua tahun gak jadi-jadi. Bukan karena dana juga, tapi karena aturan ini aturan itu," jelasnya.
Meskipun dana yang diberikan Pertamina sudah cukup besar, namun Jokowi mengaku masih belum puas. Menurutnya, perusahaan yang dinahkodai Nicke Widyawati itu seharunsya bisa memberikan tambahan dana lebih.
"Pertamina, itu bukan bantuan. Rp8 miliar itu kecil. Dana dari BPDP sawit juga kecil. Dana sawit kita mendekati Rp35 triliun, untuk apa disimpen aja. Saya udah perintahkan perbanyak bantuan ke ITB untuk katalis," jelasnya