JAKARTA, GLOBALPLANET - "Produksi minyak sawit 2019 mencapai 51,8 juta ton CPO atau sekitar 9% lebih tinggi dari produksi tahun 2018 sementara konsumsi domestik naik 24% menjadi 16,7 juta ton dengan rincian konsumsi biodiesel naik 49%, pangan naik 14% dan oleokimia naik 9%. Volume ekspor produk sawit tahun 2019 sebesar 35,7 juta ton naik 4% dari ekspor 2018," ujar Mukti Sardjono Direktur Eksekutif GAPKI, Senin (3/2/2020).
Menurutnya, tahun 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri sawit Indonesia. Implementasi RED II oleh EU
yang menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku bioidiesel, perbedaan tariff impor produk
minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang berkepanjangan, perang dagang USA dan China dan harga CPO yang terus menurun merupakan tantangan utama yang dihadapi industri sawit hampir sepanjang tahun 2019.
Perang dagang USA dan China menyebabkan ekspor kedelai USA ke China terkendala sehingga petani USA
yang biasanya memasok dalam jumlah besar ke China harus mencari pasar baru yang menyebabkan harga oilseed dan juga minyak nabati tertekan.
Ada hal yang menarik pada tahun 2019, tepatnya pada 16 Agustus 2019, Presiden Jokowi menyampaikan dalam pidato kenegaraannya bahwa Indonesia akan lebih banyak mengkonsumsi minyak sawit untuk keperluan dalam negeri, terutama untuk biofuel.
"Dampaknya, harga CPO rata-rata KPBN terus melonjak menjadi USD 483, 497, 582, dan 651 per ton pada September-Desember 2019,"terangnya.
Nilai ekspor produk minyak sawit termasuk oleokimia dan biodiesel 2019 diperkirakan mencapai USD 19 milyar.
"Nilai ekspor ini sekitar 17% lebih rendah dari ekspor produk minyak sawit tahun 2018 yang nilainya sebesar USD 23 milyar," ungkapnya.
Destinasi utama ekspor produk minyak sawit tahun 2019 selain oleokimia dan biodiesel Indonesia adalah China (6 juta ton), India (4,8 juta ton), EU (4.6 juta ton). Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke China (825 ribu ton) diikuti oleh EU (513 ribu ton).
Ekspor minyak sawit ke Afrika yang naik 11% pada 2019 dari 2,6 juta ton pada 2018 menjadi 2,9 juta ton dan menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif bagi untuk pasar produk minyak sawit Indonesia Tahun 2019 yang penuh tantangan ditutup dengan harga yang melonjak diatas USD 800/ton CIF Rotterdam dan penyamaan tariff impor minyak sawit Indonesia di India.
Situasi finansial yang baik ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pekebun terutama untuk membiayai pemulihan tanaman dan infrastruktur yang mungkin pemeliharaannya tertinggal ketika harga rendah. Akhir tahun 2019 mulai dipersiapkan pelaksanaan implementasi B30 yang membuat cemas imprortir terkait dengan kemungkinan akan turunnya ketersediaan minyak sawit
Indonesia untuk ekspor.