JAKARTA, GLOBALPLANET - Setelah masa transisi Brexit habis, Inggris mengatakan mungkin akan mengubah aturan terkait impor minyak kelapa sawit (CPO) dengan Indonesia. Ini dilakukan demi mempermudah Indonesia dalam mengimpor sawit ke negara itu, sebagaimana disampaikan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins dalam konferensi pers di Kedutaan Inggris pekan lalu.
"Selama masa transisi aturan UE akan terus berlaku di Inggris ... aturan CPO dan biofuel termasuk di dalamnya. Setelah masa transisi kami akan lihat apa yang akan kami lakukan dengan ini," kata Jenkins.
Pernyataan itu disampaikan untuk mempertegas posisi Inggris dalam sektor kelapa sawit, mengingat negara ini telah keluar dari UE. Dalam memakai aturan UE sebelumnya, minyak kelapa sawit RI banyak menghadapi tantangan.
Salah satu tantangan itu datang dari langkah UE dalam membuat Renewable Energy Directive (RED) II yang mengkategorikan minyak kelapa sawit ke dalam komoditas yang memiliki indirect land use change (ILUC) berisiko tinggi.
Akibat dari peraturan tersebut, biodiesel yang berbahan dasar minyak sawit tidak termasuk dalam target energi terbarukan UE.
Namun ternyata, Inggris bukan satu-satunya negara yang menyatakan ketertarikannya untuk mengimpor sawit dari Indonesia. Iran yang sesama negara Asia, juga membidik sawit Indonesia.
Hal ini disampaikan secara langsung oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad saat menggelar acara silaturahmi dan perkenalan di kediamannya di Jakarta Pusat, dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (4/2/2020).
"(Mengenai hubungan dagang dengan Indonesia), itu tergantung kebutuhan kami. Iran butuh beberapa hal dari Indonesia. Indonesia butuh beberapa hal dari Iran. Itu merupakan two-way cooperation, gotong royong, mutual cooperation." katanya.