MEDAN, GLOBALPLANET - Henry Marpaung, Sekretaris JAPSBI sekaligus Direktur Enviro Koompasia Institut dalam acara itu menyebutkan pelatihan menghadirkan sejumlah narasumber dan tokoh sawit berkempoten dari berbagai instusi dan perusahaan.
"Seperti Pak Ahmad Adhitya selaku Senior Manager Sustainable Sourcing PT Unilever Indonesia, Head of Agronomy PT Abdi Budi Mulia (ABM) H Syahril Pane, Kuller Siregar dari Dvisi Sustainibility PTPN III, Diana Chalil dari Fakultas Pertanian UDU, Gus Dalhati Harahap dari Apkasindo Sumut, dan lainnya," kata Henry.
Ia juga menyatakan terimakasih yang tak terhingga kepada Dinas Perkebunan Sumut dan Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Hj Herawaty, yang telah banyak membantu hingga pelatihan itu bisa terlaksana.
Kata Henry, perkebunan sawit berkelanjutan adalah sebuah keniscayaan. Termasuk di dalamnya adalah dengan mengembangkan sawit berkelanjutan di kalangan petani sawit swadaya.
"Karena itu, saya berharap kita semua tidak main-main dengan sawit rakyat. Kita harus menyeriusi sawit berkelanjutan di tingkat petani sawit swadaya, termasuk mengikutsertakan petani sawit swadaya itu sendiri," ujar Henry Marpaung.
Direktur Utama Enviro Koompasia Intitute mengatakan hal itu dalam acara pembukaan Sekolah Kader Petani Sawit Berkelanjutan oleh JAPSBI di Aula Dinas Perkebunan Sumut.
Pelatihan itu diadakan sebagai salah satu implementasi dari Rencana Aksi Provinsi (RAP) Kelapa Sawit Berkelanjutan Sumatera Utara, yang menghadirkan kader-kader petani sawit dari seluruh Sumatera Utara berjumlah 20 orang, termasuk dari Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade), dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Seluruh Indonesia (Apkasindo).
Kata Henry, pelatihan ini diadakan sebagai bagian dari penguatan petani sawit dan sawit berkelanjutan itu sendiri. Ia mengungkapkan, agar semakin banyak petani sawit swadaya yang mampu membangun sawit berkelanjutan, direncanakan akan diadakan pelatihan sejenis sebanyak empat kali dalam setahun.
Sementara itu Syahril Pane selaku penasehat JAPSBI yang juga Head of Agronomy PT Abdi Budi Mulia (ABM) mengaku tidak menyangka sawit bisa menyejahterakan petani sawit dan masyarakat secara umum.
"Saya sudah 31 tahun di perkebunan sawit. Dulu membuka lahan sawit sekitar tiga ribu hektar dan mengasuh para transmigran yang menjadi petani sawit," ujar Syahril.
Kini, sambung Syahril, hasilnya sungguh terasa dan banyak perubahan yang baik yang terlihat di lingkungan petani sawit binaan PT ABM.
"Saya tidak punya mobil selain mobil dinas, tetapi petani sawit binaan kami punya mobil dan bisa menguliahkan anak-anak mereka di kampus-kampus ternama di Indonesia," tegas Syahril Pane.