MALAYSIA, GLOBALPLANET - Seperti dilansir Bloomberg, asosiasi tersebut mulai menghentikan operasional di perkebunan dan pabrik selama dua pekan ke depan sejak Rabu (18/3/2020).
Tetapi, pemerintah mengecualikan penutupan bisnis yang tidak esensial terhadap kilang minyak kelapa sawit. Operasional kilang minyak sawit yang mengolah minyak kelapa sawit menjadi olahan lainnya misalnya minyak goreng, es krim, dan margarin tetap beroperasi seperti biasa.
Berdasarkan analisis CIMB, kebijakan lockdown berisiko memangkas pendapatan Malaysia hingga US$370 juta atas penjualan minyak kelapa sawit. Penyetopan produksi tersebut juga diperkirakan bakal memacu harga komoditas itu karena Malaysia merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Tak hanya itu, grup ini juga menambahkan keputusan itu akan berdampak pada industri kelapa sawit dan 650.000 pengusaha kecil yang bergantung kepada industri kelapa sawit.
Seperti diketahui, Dewan Keamanan Nasional tidak menyebut industri kelapa sawit dalam industri daftar sektor yang diizinkan beroperasi dalam masa lockdown yang dimulai sejak 18 Maret 2020. Kendati demikian, operasional industri kelapa sawit di Serawak, wilayah penghasil kepala sawit terbesar di Malaysia, akan dikecualikan dalam kebijakan ini.
“Perkebunan di Serawak masih boleh beroperasi karena area ini memiliki risiko rendah dalam penularan virus,” kata Chief Executive Officer (CEO) Asosiasi Industri Kelapa Sawit Serawak Andrew Cheng.