MEDAN, GLOBALPLANET - "Dalam hal ini saya menyoroti WHO dan ILO terkait sawit kita di masa pandemi korona ini. Walau sama-sama di bawah PBB, namun entah mengapa WHO dan ILO beda sikap soal sawit," kata Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI ini kepada media, Senin (1/6/2020).
Ia lalu mengungkit pernyataan WHO (World Health Organisation) yang -walau sedang bekerja keras dengan ratusan negara melawan Covid-19, beberapa waktu lalu menganjurkan warga untuk melakukan konsumsi pangan yang sehat.
Kata putra Simalungun, Sumatera Utara, yang kini menetap di Palembang, Sumatera Selatan ini, dalam sebuah infografis berjudul "Nutrition Advice for Adults During Covid-19" edisi 7 Mei 2020 yang diterbitkan oleh WHO Mediterania Timur, ditulis agar warga jangan mengonsumsi sawit.
“Dion’t eat .. palm oil. Itu petikan kalimat di infografis tersebut. Memnag WHO merevisi infografis itu setelah mendapatkan banyak protes dari komunitas kelapa sawit. Lalu kata “palm oil” ditiadakan," kata Sumarjono.
Pihaknya menghargai perubahan sikap WHO itu. Namun ia menyesali mengapa sikap WHO itu bisa terjadi
"Bisa jadi, kita yang kurang memasok informasi yang benar dan cukup kepada WHO.
Tapi sikap berbeda ditunjukan ILO (International Labour Organisation) yang justru lebih aktif menjaga sawit," ujar Sumarjono.
Ia lalu menunjukan publikasi ILO edisi 7 April 2020 yang melaporkan dampak covid19 di berbagai sektor usaha. “Pertanian, kehutanan dan perikanan” masuk kategori terdampak rendah –sedang," kata Sumarjono mengutip publikasi tersebut.
Faktanya, kata pria plontos ini, sejauh ini sawit sebagai salah satu sub sektor pertanian masih berjalan relatif normal, tangguh melawan dampak covid19.
Lalu, ILO sebagai organisasi buruh dunia aktif mengeluarkan berbagai panduan untuk menopang usaha dan buruhnya.
"Saya salut lihat sikap ILO ini. Apalagi bisnis sawit di negara kita ini melibatakan tidak kurang dari 16 juta pekerja dan hampir 2 juta petani," kata Sumarjono.
Ia menegaskan sawit sangat penting bagi ILO dan Indonesia. Ia merinci, selama awal pandemi Covid-19 di bulan Januari dan Pebruari, sawit menghasilkan devisa sebesar 3.5 miliar dollar.
"Tidak ada laporan PHK. Tidak ada pusaran penularan covid19. Minyak sawit jadi bahan aktif sabun dan sanitizer," tegas Sumarjono Saragih