PALEMBANG, GLOBALPLANET - Persentase penduduk miskin terendah pada kurun waktu 2011-2020 dicapai pada September 2019 sebesar 12,56 persen yang mana telah mengalami penurunan sebesar 1,68 persen poin dibandingkan Maret 2011 sebesar 14,24 persen.
Pada Maret 2011 hingga September 2012 jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan cenderung menurun setiap tahunnya yakni pada Maret 2011 sebanyak 1,077 juta orang (14,24 persen) menjadi 1,043 juta orang (13,48 persen) pada September 2012. Tetapi pada September 2012 - Maret 2013, jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan yakni dari 1,043 juta orang (13,48 persen) September 2012.
Menjadi 1,110 juta orang (14,24 persen) Maret 2013. Pada Maret 2013-September 2014 jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan kembali mengalami penurunan setiap tahunnya dari 1,110 juta orang (14,24 persen) Maret 2013 menjadi 1,085 juta orang (13,62 persen) September 2014.
Naik turunnya angka kemiskinan ini terus berlanjut hingga pada bulan Maret 2020 angka kemiskinan kembali mengalami kenaikan menjadi 12,66 persen. "Pada bulan Maret 2020 jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 1,081 juta orang atau 12,66 persen dari total penduduk. Dibandingkan dengan kondisi September 2019 jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 14,42 ribu orang dari 1,067 juta orang atau naik 0,10 persen poin dari 12,56 persen," ungkap Kepala BPS Provinsi Sumsel Endang Tri Wahyuningsih, Kamis (16/7/2020).
Lanjut dia, peranan kelompok makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan kelompok bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) Maret 2020 tercatat sebesar 74,49 persen.
"Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di pedesaan, diantaranya adalah beras,
rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, gula pasir, roti, kopi bubuk & kopi instan (sachet), cabe merah, bawang merah. Sedangkan komoditas bukan makanan adalah perumahan, listrik, bensin, pendidikan, perlengkapan mandi dan kesehatan," tuturnya.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Pada periode September 2019-Maret 2020 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami penurunan dari 2,143 pada September 2019 menjadi 2,084 pada Maret 2020 atau turun sebesar 0,059 poin. Penurunan nilai indeks P1 dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan (GK).
Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) periode September 2019-Maret 2020 mengalami penurunan dari 0,522 pada keadaan September 2019 menjadi 0,482 pada Maret 2020 atau turun sebesar 0,040 poin. "Penurunan indeks ini dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir mengindikasikan bahwa kesenjangan pengeluaran di antara sesama penduduk miskin semakin menurun. Hal itu dapat mengindikasikan bahwa intervensi program pengentasan kemiskinan di Sumsel sudah dinikmati secara merata di antara penduduk miskin," pungkasnya.