PALEMBANG, GLOBALPLANET.news - Kepala Dinas Perkebunan Sumatra Selatan Fakhrurozi Rais melalui Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) mengatakan kondisi karet KKK 100 persen mengalami penurunan menjadi Rp 18.382 per kilogram.
"Pada periode 16 Desember harga karet KKK 100 persen Rp 18.620 perkilogram, " ungkap Rudi, Kamis (17/12/2020).
Berdasarkan data dari Singapore Commodity yang diolah Dinas Perdagangan Provinsi Sumatra Selatan di tingkat kadar keringnya yakni, KKK 70 persen Rp 12.867, KKK 60 persen Rp 11.029, KKK 50 persen Rp 9.191, dan KKK 40 persen Rp 7.353 perkilogram.
"Di Sumsel ini kadar karet kering yang paling banyak dijual masyarakat yaitu, kalau non UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet) KKK di bawah 50 persen, sedangkan kalau UPPB antara 50 persen sampai 60 persen," jelasnya.
Menurutnya, ada tiga faktor yang dapat meningkatkan kadar kekeringan karet agar petani mendapatkan hasil maksimal. Pertama pakai bahan pembeku yang dianjurkan yakni menggunakan Specta, Asap cair atau Deurub.
"Kami anjurkan pakainya harus seragam, " singkat dia.
Kedua, umur Bokar harus sama, jika umur seminggu dijual seragam umur seminggu, jangan dicampur dengan bokar yang baru berumur 2 atau 3 hari.
Ketiga tidak boleh direndam dan dicampur dengan bahan bukan karet, makin cepat ditumpahkan dari bak pembeku makin tinggi KKK nya
"Petani yang non UPPB pun bisa mempraktekan ini. Tapi sayangnya masih ada kebiasaan memakai pembeku yang tidak dianjurkan seperti cuka parah, obor, pupuk, dan lain-lain. Kemudian ada kebiasaan sebagian petani karet menyimpan karet dengan direndam di kolam, alasannya agar berat waktu ditimbang. Kebiasaan ini harus dihilangkan, " tutupnya.