loader

Dianggap 'Menggelikan', Beternak Cacing Bisa Raup Omset Jutaan Rupiah

Foto

PALEMBANG, GLOBALPLANET. - Dwi Nirwanto warga Jalan Mayor Zurbi Bustan Lorong Damai Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukarami dalam dua tahun terakhir telah berhasil mempraktekan bisnis ternak cacing dan sudah memiliki pelanggan.

"Kami tertarik ternak cacing karena kandungan cacing ini luar biasa selain untuk umpan pancing dan pakan ternak (unggas dan ikan), kalau diolah dia bisa menjadi produk kosmetik, serta pupuk organik cair (POC), " ungkap Dwi, Minggu 27/12/2020).

Berbekal 108 kotak yang terbuat dari batu bata berisi media tanah dan pakan sebagai tempat tinggal cacing-cacing, ia bisa memanen cacing sebanyak 20-25 kilogram setiap minggunya.  Cara memanen cacing pun tidak bisa sembarang, media tanah dibolak-balik kemudian cacing diangkat satu per satu. 

"Kesulitan dialami ketika memanen adalah kejelian mata ketika memilih cacing yang sudah dewasa, agar jangan sampai cacing kecil ikut terbawa sebagai bibit selanjutnya," jelasnya. 

Cacing-cacing ini diberi makan dengan baglog jamur, kotoran sapi serta ampas tahu yang dicampur kedalam media tanah. Selain tempat tinggal ini juga menjadi makanan bagi cacing. Salah satu tantangan dalam beternak cacing adalah kelembapan tempat tinggal harus dijaga. 

Dwi menggunakan pondok beratapkan daun nipah yang didalamnya ada ratusan kotak tempat tinggal cacing untuk menjaga kelembapan tempat tinggal cacing. Namun ketika dirasa cuaca cukup panas ia akan menyemprotkan air dari dalam kandang cacing. 

Bukan hanya satu jenis, Dwi membiakkan tiga jenis cacing sekaligus di kadang cacing yang terletak di belakang rumahnya ini. Tiga jenis cacing ini diantaranya Lumbricus Rubellus (LR), African Night Crawless (ANC) dan tiger. 

"Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda untuk jenis Lumbricus Rubellus digunakan untuk pakan ternak, sementara ANC dan Tiger digunakan untuk memancing ikan. Cara membedakan ketiga jenis cacing ini, untuk cacing LR memiliki ekor kekuningan, kemudian ANC memiliki tubuh yang berisi dan sedikit gelap, sementara untuk Tiger ukurannya kecil dibandingkan dua jenis lainnya, " tutur dia. 

Dijual dengan harga Rp 80.000 perkilogramnya dan dengan pasar yang seluas ini Dwi bisa meraup keuntungan hingga Rp 10 juta setiap bulannya. Saat ini ia telah memiliki mitra yang bersedia memproduksi POC dari cacing hasil ternaknya. 

"Dengan produk olahan yang bisa membantu aktivitas pertanian dan kecantikan, ternak cacing berpotensi dapat menembus pasar Internasional. Selain itu pasar lokal sendiri seperti yang diketahui banyak dari masyarakat lokal memiliki hobi memancing dan beternak hewan," pungkasnya. 

Share

Ads