JAKARTA, GLOBALPLANET - Paska penutupan kran ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya pada akhir April lalu oleh Presiden Jokowi, telah berdampak positif terhadap kesediaan minyak goreng sawit di dalam negeri. Kendati harga minyak goreng sawit kemasan masih terbilang tinggi, namun pasokannya banyak beredar di masyarakat luas.
Sehingga masyarakat tidak kesulitan mencari minyak goreng. Sedangkan minyak goreng curah, pasokannya juga terbilang cukup keberadaannya di masyarakat.
Persoalan harga CPO dan minyak goreng sendiri, masih mengikuti geliat harga komoditas global. Merujuk ke negara Malaysia, stok CPO pada akhir April 2022, mencapai rekor tertinggi hingga 1,66 juta ton. Angka stok CPO ini, terbilang paling tinggi sejak bulan Oktober 2021.
Produksi Malaysia sendiri mengalami peningkatan sebanyak 5%di bulan April menjadi 1,58 juta ton. Sedangkan pasar ekspor merosot hingga 13% menjadi 1,10 juta ton. Tingginya stok CPO dan menurunnya permintaan pasar global, ternyata tidak menyebabkan turunnya harga CPO di pasar internasional. Melansir Bloomberg, kendati stok CPO di Malaysia terus meningkat, namun patokan harga terbaru di Malaysia pada pekan lalu, tercatat RM 7.104/ton atau seharga US$ 1.643/Ton.
Merujuk data harga CPO pada hari kedua sesudah lebaran kemarin, harga CPO untuk pengiriman Juli 2022 telah turun ke harga RM 6.512/ton pada pagi hari. Penurunan harga berlanjut hingga RM 6.482/ton menurut laman tradingeconomics. Kendati harga CPO masih terbilang tinggi sekitar 48%, dibandingkan harga rata-rata tahun lalu.
Harga bursa Malaysia sendiri mencatat rekor tertinggi harga CPO pada 29 April lalu yang mencapai harga RM 7.104/ton, pasca Presiden Jokowi memutuskan penghentian ekspor CPO dan produk turunannya (28/4).
Namun harga CPO terus mengalami penurunan, usai dibukanya kembali perdagangan CPO paska lebaran. Hingga tanggal 6 Mei 2022, harga CPO telah menyentuh harga RM 6.400/ton atau sebesar US$ 1.460/ton dengan nilai kurs dollar sebesar US$ 0,23/RM. (InfoSawit)