PALEMBANG, GLOBALPLANET - Palm Kernel Expeller (PKE) atau biasa disebut bungkil kelapa sawit asal OKI, Sumatera Selatan akan diekspor ke New Zealand. Produk sampingan sawit tersebut diminati banyak negara untuk pakan ternak.
Kepala Karantina Sumsel, Kostan Manalu saat melakukan penilaian Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) produk PKE atau bungkil sawit di Kabupaten OKI mengatakan, komoditas pakan hewan tersebut cukup laris diminati negara importir seperti Belanda, China, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. Sementara kali ini, produk sampingan sawit itu akan diekspor ke New Zealand.
"Sumsel sendiri telah mengekspor sekitar 369 ribu ton PKE selama kurun waktu 2022 sampai 2024. Di tahun 2022 Sumsel mengeluarkan produk sampingan sawit tersebut sebanyak 157 ton, dan naik di tahun berikutnya yaitu menjadi 169 ton. Sedangkan hingga Mei tahun ini Sumsel telah mengekspor produk limbah sawit tersebut sebanyak 41 ton," ujarnya.
Terkait penilaian IKT, sambungnya, adalah salah satu fasilitas yang dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor. "Seluruh persyaratan phytosanitry dari negara tujuan harus dipenuhi dengan baik, karantina melakukan pendampingan dan percepatan pemenuhan persyaratan tersebut," kata.
Penilaian IKT sendiri terdiri dari penilaian dokumen dan teknis persyaratan di lapangan, yang harus dilengkapi dan memenuhi persyaratan negara tujuan.
"Badan Karantina Indonesia sebagai otoritas yang berkompeten dalam memenuhi persyaratan sanitary dan phytosanitary terus melakukan pendampingan dan bimbingan bagi eksportir agar bisa memenuhi persyaratan tersebut," katanya.
Kostan Manalu mengatakan, produk sampingan sawit yang berbentuk serbuk berwarna coklat tersebut merupakan inti sawit, yaitu biji atau endosperma (cangkang pelindung inti) dan embrio (inti).
"PKE tersebut sangat bagus untuk pakan ternak, karena mengandung berbagai komponen yang diperlukan oleh hewan seperti protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kalsium, fosfor dan lain-lain," katanya.