loader

GAPKI Beberkan Penyebab Turunnya Ekspor CPO 

Foto

BELITUNG TIMUR, GLOBALPLANET - Ekspor kelapa sawit, khususnya komoditas crude palm oil (CPO/minyak sawit mentah), Indonesia mengalami penurunan tahun ini dibanding tahun 2023.

Dikutip dari Inews.id, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengungkapkan hal itu dalam diskusi bersama media dengan tema 'Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian' di Belitung Timur, Bangka Belitung, Selasa (27/8/2024).

Eddy menjelaskan, penyebab penurunan ekspor minyak sawit mentah di tahun ini karena harga penjualannya relatif mahal. Sedangkan, harga minyak nabati lainnya, seperti minyak bunga matahari relatif lebih murah.

Lanjut Eddy, tahun lalu China mengimpor minyak sawit mentah dari Indonesia dengan jumlah besar. Namun, tahun 2024 ini jumlah ekspor ke negara tersebut mengalami penurunan.

"Negara-negara yang impor sawit kita terbesar adalah China. Terakhir tahun lalu 7,7 juta ton. Kemudian, India sekira 5,5 juta ton. Kemudian, Uni Eropa sekira 4,3 juta ton. Kemudian, Pakistan itu sekira 2,5 juta ton," beber Eddy

Tapi yang perlu kita perhatikan adalah penurunan ekspor. Pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2023, ini ada sedikit penurunan. Kenapa demikian? Kemarin saya baru kembali dari China, itu ternyata minyak bunga matahari yang tidak disangka-sangka produktivitasnya jauh lebih rendah dari sawit, itu lebih murah dibanding sawit," tutur dia.

Situasi ini membuat para pengusaha kelapa sawit Indonesia sempat merasa pesimis. Sebab jika penurunan terus terjadi ia khawatir ekspor ke China tidak akan mencapai 5 juta ton.

"Saya sampaikan ke mereka (China) bahwa kalau seperti ini terus, mencapai 5 juta ton saja cukup berat. Jadi saya minta saran dari mereka apa yang harus kita lakukan," ucap Eddy.

Ia mengatakan salah satu solusi yang bisa diusulkan ke pemerintah adalah melakukan penurunan harga jual sementara waktu. Hal ini perlu dilakukan karena sawit bukanlah satu-satunya minyak nabati di dunia.

"Memang ada perlu kebijakan pemerintah. Paling tidak di sini memainkan instrumen fiskal. Artinya pada waktu harga kita tidak kompetitif kita turunkan sementara, kemudian setelah menjadi kompetitif kembali kita naikkan lagi. Misalnya seperti itu," kata Eddy.*

Share

Ads