loader

FAO Pantau Sawit di Riau, Kementan Pastikan Indonesia Terapkan Prinsip Keberlanjutan

Foto

RIAU, GLOBALPLANET - Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu didampingi Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, bersama Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma serta Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan melakukan kunjungan Perkebunan Kelapa Sawit di Riau sebagai salah satu upaya mendorong Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan. 

Kunjungan dilakukan pada Minggu (1/9/2024). FAO atau Food and Agriculture Organization adalah Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Qu Dongyu berada di Indonesia sebelumnya menyerahkan penghargaan Agricola Medal dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Jumat (30/08) di Jakarta.

Qu Dongyu sempat mengatakan Indonesia menunjukkan perkembangan pesat dalam transformasi sistem pertanian dengan mengimplementasikan prinsip pengembangan pertanian berkelanjutan, bahkan di saat dunia sedang menghadapi berbagai tantangan global, seperti pandemi Covid-19.

Sebagai informasi, prinsip keberlanjutan juga diterapkan pada pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan menjadi komitmen Pemerintah dalam meningkatkan daya saing kelapa sawit di pasar dunia. Industri kelapa sawit mempunyai peran yang sangat strategis sebagai salah satu penghasil terbesar devisa negara. Selain itu Industri kelapa sawit dapat menyerap tenaga kerja dan penggerak sektor perekonomian rakyat.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, sebelumnya mengungkapkan, kekuatan pangan ada di Indonesia, dan begitu juga biodiesel ada di Indonesia. Ini potensi besar yang harus dikelola dengan baik. Indonesia menjadi lumbung pangan dan mandiri energi. Pemerintah telah memulai inisiasi pemanfaatan minyak sawit pada program biodiesel sejak tahun 2019.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan Industri Kelapa Sawit memberikan kontribusi yang sangat besar, dengan luas Perkebunan Kelapa Sawit Nasional yang mencapai16,38 juta hektar, mampu menghasilkan 48 juta ton CPO yang dimanfaatkan sebagai pangan, bahan kimia/oleokimia,dan bahan bakar terbarukan/biodiesel dalam negeri maupun luar negeri.

“Kedepannya tantangan pembangunan kelapa sawit nasional bukan hanya soal produktivitas sawit, namun bagaimana kita harus terus meningkatkan dan menjaga konsistensi, kuantitas, kualitas, serta kontinuitas. Selain itu, pemenuhan standar ISPO menjadi perhatian dunia dalam aspek keberlanjutan yang tentu sangat mempengaruhi daya saing kelapa sawit di dunia Internasional,” ujar Heru.

Sebagai informasi, Pelaku Usaha Perkebunan Kelapa Sawit saat ini fokus pada pencapaian tujuan dan strategi keberlanjutan tahun 2024 melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai upaya menyelaraskan dengan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjamin keberlanjutan perkebunan kelapa sawit Indonesia, dengan mengembangkan National Dashboard (ND) yang merupakan sebuah sistem informasi berbasis blockchain dalam menelusuri setiap rantai kelapa sawit dari hulu hingga hilir. Sistem ND nantinya sebagai database utama dalam mengintegrasikan informasi geolokasi dari e-STDB untuk petani kecil, dan Siperibun untuk Perusahaan.

“Saya berharap pemangku yang memahami kondisi perkebunan kelapa sawit Indonesia dapat bersinergi dan turut serta berperan aktif mendukung program-program yang dilakukan Pemerintah demi mendorong Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan,” katanya.

 

 

 

Sumber: Ditjenbun Kementan

Share

Ads