MEDAN, GLOBALPLANET - Pada hari Kamis (6/2/2020), sejumlah jurnalis beranjangsana ke lokasi pembenihan (hatchery) milik Regal Springs Indonesia di Dusun VII, Desa Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai).
Di sana, para jurnalis diterima dengan tamah dan terbuka oleh sejumlah petinggi Regal Springs seperti Processing Plant Manager Regal Spring Indonesia, Joko Suhendro, External Affair Officer, Afrizal, dan External Affair Senior Manager, Kasan Mulyono.
Kunjungan itu dirangkum dalam tulisan edisi Minggu (9/2/2020). Perjalan ke lokasi perusahaan Regal Springs Indonesia pantas disebut menarik karena dalam kunjungan itu para jurnalis mengetahui dan melihat sendiri kalau Regal Springs Indonesia telah menerapkan zero fish waste policy.
Atau, dalam bahasa Indonesia, kebijakan itu diartikan sebagai kebijakan nirlimbah ikan atau tanpa ada sedikitpun limbah ikan nila.. Dengan kata lain, semua bagian dari ikan nila bisa diolah sedemikian rupa sehingga bermanfaat secara ekonomis dan menyehatkan.
"Untuk menghasilkan produk fillet premium dari ikan nila (tilapia), salah satu faktor pendukungnya adalah benih.Benih yang baik diperoleh dari indukan yang baik,” kata Afrizal kepada para jurnalis saat itu.
Ia menambahkan, untuk memperoleh benih unggul tersebut, terlebih dahulu disiapkan indukan unggul yang diperoleh dari pemuliaan yang dilakukan pembenih yang ada di Regal Springs Indonesia sendiri.
“Intinya, indukan yang bagus, benih yang bagus dan pemeliharaan yang juga bagus akan menghasilkan ikan tilapia atau ikan nila premium,” ujar Rizal.
Akan tetapi, kata Afrizal, untuk menghasilkan benih ikan nila yang unggul, ada empat tahapan yang harus dilakukan sebelum benih-benih itu akhirnya dikirim ke lokasi pembesaran atau keramba jaring apung (KJA) milik Regal Springs Indonesia yang ada di kawasan Danau Toba, untuk menjalani tahapan pembesaran selama enam hingga sembilan bulan.
Tahap pertama, kata dia, adalah pembenihan atau spawning. Benih yang berhasil ditetaskan induk nila tempatkan di kolam tembok untuk menjalani tahapan sex reversal selama 21 hari. Setelah itu benih dipindahkan ke kolam tanah untuk menjalani pendederan tahap 1 selama sekitar dua minggu.
Kemudian, benih ikan tilapia tersebut dipindahkan ke kolam pendederan tahap 2 untuk persiapan pengiriman benih ke KJA milik perusahaan di Danau Toba.
“Siklusnya memang pendek. Dengan umur sekitar 1,5 bulan dan berat benih rata-rata sekitar 20 gram, sudah bisa kita kirim ke KJA di Danau Toba,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, benih ikan tilapia tersebut menjalani proses pembesaran di Danau Toba hingga masuk masa siap panen.
Akan tetapi, lanjut Afrizal, dalam pengolahan fillet, mereka hanya menggunakan ikan nila berkelamin jantan. Itu karena ikan nila jantan memiliki postur tubuh yang lebih besar dibanding nila betina.
Karena itu, kata dia, untuk menghasilkan benih ikan nila jantan ada teknik yang mereka lakukan selama proses pembenihan ikan nila.
“Ketika indukan menetaskan telur-telur ikan nila, dan telur berubah menjadi nila bayi, kelaminnya itu semu. Dan, kelaminnya akan kelihatan atau terbentuk setelah ikan mulai besar. Kelamin itu bisa dipengaruhi dengan pemberian pakan dan vitamin,” jelas Afrizal.
Begitupun, seleksai ikan tetap dilakukan terhadap nila jantan dan nila betina. Untuk nila betina, kata dia, tidak diolah menjadi fillet melainkan diseleksi lagi. Mana yang unggul akan dijadikan indukan dan mana yang kurang baik dijual ke pasar.
“Jadi, sekali lagi, hanya ikan jantan saja yang diolah menjadi fillet. Kalau ada ikan nila yang betina, maka akan kita seleksi mana yang dapat menjadi indukan unggul dan mana yang kemudian kita jual ke pasar,” ujarnya.
Seluruh proses pembenihan tersebut, kata dia, dilakukan di kolam pembenihan Regal Springs Indonesia di Desa Lubuk Naga, Sergai.
Sementara itu, Kasan Mulyono menambahkan bahwa seluruh proses pembenihan dilakukan secara ketat agar dapat menghasilkan ikan tilapia premium.
“Indukan yang bagus, benih yang bagus dan pemeliharaan yang juga bagus, akan menghasilkan ikan nila premium,” tegas Rizal.(hen)