PALEMBANG, GLOBALPLANET - “Fluktuasi ekonomi pasti ada karena adanya virus ini tapi tergantung bagaimana menyikapinya. Tentunya Sumsel ada cara sendiri,” kata dia, Sabtu (8/2/2020).
Herman mengatakan, saat ini pemerintah provinsi (pemprov) sedang mengusahakan negara ekspor selain China. Hal ini lantaran hingga saat, ini China masih menjadi tujuan utama ekspor karet dan sawit asal Indonesia.
Bahkan, Herman Deru yakin, perekonomian Sumsel tidak terlalu terdampak karena masih memiliki sektor ekonomi lain yang bisa ditumbuhkan yakni pertanian dan perdagangan.
"Pertumbuhan ekonomi Sumsel masih stabil. Kami sudah siap dengan getaran-getaran yang bakal dihadapi, buktinya, report terakhir Sumsel masih dengan pertumbuhan terbaik," kata dia.
Sumsel menghadapi dampak ekonomi akibat penyebaran virus korona dikarenakan daerah ini masih tergantung pada ekspor komoditas. Dua komoditas andalan yakni karet dan sawit mengalami penurunan harga setelah virus yang bermula dari Wuhan, China itu merebak di banyak negara.
Harga karet Sumsel merosot hingga lima persen sepanjang pekan ketiga Januari 2020 baik untuk kadar 60 persen maupun 100 persen. Harga karet dengan kadar 100 persen mencapai Rp16.290 per kilogram pada 24 Januari 2020. Harga itu telah turun sebanyak Rp861 dibandingkan periode 20 Januari 2020.
Penurunan harga karet ini terjadi pada semua kadar kering karet mulai dari kadar 40 persen hingga untuk karet kadar 100 persen. Sama halnya dengan komoditas sawit, terjadi penurunan harga tender Kantor Bersama Komoditas sebesar 10 persen dari Rp9.400 menjadi Rp8.400 pada pekan ini.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumsel menilai penurunan harga kelapa sawit sejak dua pekan lalu hanya bersifat sementara karena dipengaruhi sentimen negatif atas merebaknya virus korona.