JAKARTA, GLOBALPLANET - Menurut BI, keputusan menurunkan suku bunga acuan demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global, seiring dengan wabah penyebaran virus corona atau covid-19 dari China.
Sejumlah analis menilai kebijakan yang dikeluarkan bank sentral itu untuk merespons pengaruh wabah virus corona terhadap ekonomi. Tidak terkecuali pasar keuangan, termasuk sektor perbankan.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo memproyeksikan sektor perbankan akan 'berseri-seri' merespons stimulus yang diberikan bank sentral. Maklum, stimulus itu berpotensi membuat mendorong permintaan kredit di masyarakat.
Karenanya, ia menyarankan investor untuk melirik saham-saham emiten perbankan. "Saham-saham pilihan untuk minggu ini, saya kira Bank Mandiri (BMRI). Kemudian BRI (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) positif," jelasnya dilansir CNN Indonesia, Jumat (21/2).
Faktor penopang lainnya, kata Lucky, hasil Rapat Umum Pemilik Saham (RUPS) Tahunan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang dilakukan pada 18 Februari hingga 20 Februari 2020 lalu memberikan hasil positif.
Tercatat, BRI membagikan dividen sebesar 60 persen dari laba bersih 2019 sebesar Rp34,4 triliun atau setara dengan Rp20,6 triliun. Angka ini naik sebesar 27,2 persen dari dividen yang dibagikan tahun lalu yang berada di kisaran Rp16,2 triliun.
Begitu pula dengan Bank Mandiri yang mengalokasikan 60 persen laba bersih perseroan untuk dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen sebesar Rp16,49 triliun. Capaian ini naik dari hasil RUPS tahun sebelumnya yang membagikan dividen Rp11,2 triliun.
Sementara, BNI mengumumkan kesepakatan distribusi dividen sebesar 25 persen atau sebesar Rp3,85 triliun dari laba bersih perseroan pada 2019. Adapun, total laba bersih perusahaan plat merah itu adalah Rp15,38 triliun.
Melihat kondisi tersebut di atas, Lucky memperkirakan BBRI berpeluang melaju ke level Rp4.712 per saham, BMRI ke level Rp8.255 per lembar, dan BBNI ke level Rp8.124 per saham.
Sedangkan, untuk BBCA ia menargetkan harga sahamnya di kisaran Rp34.563 per lembarnya. "RUPS minggu lalu sebagian besar hasil RUPS-nya mengalami perubahan komisaris dan direksi. Itu juga yang diharapkan dapat mendongkrak pasar," jelasnya.
Untuk diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir kembali melakukan bongkar-pasang jajaran Direksi dan Komisaris di lintas perusahaan BUMN.
Pada RUPS BRI pekan lalu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (Tiko) ditunjuk sebagai Komisaris Utama BRI menggantikan Andrinof A Chaniago. Sementara mantan gubernur BI Agus Martowardojo diangkat sebagai Komisari Utama BNI menggantikan Ari Kuncoro.
Analis Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial merekomendasikan investor untuk fokus mengoleksi saham-saham sektor yang tak berkorelasi langsung dengan Negeri Tirai Bambu. Ia mencontohkan, saham sektor perbankan. "(Rekomendasi) di sektor perbankan, karena fokusnya ke domestik yang tidak ada eksposnya ke China, seperti Bank Mandiri yang kebetulan dividen yield cukup tinggi," paparnya.
Untuk saham pilihannya, Janson membanderol harga target BMRI sebesar Rp8.500 per lembar. Sepanjang pergerakan pasar saham minggu lalu, BMRI berhasil mencetak pertumbuhan 0,96 persen meski terjadi pelemahan sebesar 1,25 persen pada penutupan Jumat (21/2).