PALEMBANG, GLOBALPLANET - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Hari Widodo, mengatakan adanya panic buying justru akan merugikan karena tidak terbaginya gula secara merata kepada masyarakat.
"Masyarakat tidak perlu panik dengan memborong gula, dalam arti perilaku belanjanya, misalnya biasa beli 2 kilogram tiba-tiba beli 4 kilogram karena khawatir tidak kebagian itu dihindari, sebab pemerintah sudah berupaya memenuhi pasokan gula," ujar Hari Widodo saat meninjau Gudang Bulog Sumsel di Palembang, Kamis (12/3/2020).
Menurutnya, kelangkaan gula di pasar-pasar tradisional dapat diredam dengan memperpanjang kontinuitas ketersediaan, salah satunya dengan pembelian gula yang terbagi rata. Lalu stok 9,6 ton gula pasir di Gudang Bulog Sumsel masih cukup untuk Kota Palembang untuk saat ini, namun masyarakat harus berhemat agar tidak menimbulkan kelangkaan sampai musim giling tiba pada Juni-Juli 2020.
Ketersediaan pasokan komoditi bahan pokok termasuk gula memang penting agar inflasi tetap terkendali, terutama saat fenomena musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dimana permintaan stok akan meningkat meski setelahnya diikuti deflasi. "Walaupun sifatnya musiman namun tetap perlu diantisipasi," singkatnya.
Bank Indonesia Sumsel pun mendukung langkah Pemkot Palembang menyelenggarakan operasi pasar murah sebagai langkah jangka pendek mengelola stok gula pasir agar harga pasar tidak terlalu tinggi melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). "Penentuan HET itu ada kalkukasinya, jika sudah melampaui dari ketetapan maka harus ada kebijakan konkrit untuk mengatasinya," jelasnya.