PALEMBANG, GLOBALPLANET - Pemerintah berharap pengembangan BBN berbasis sawit ini akan terus memberikan manfaat ekonomi bagi banyak sektor dan tentunya bagi petani atau masyarakat pengelola perkebunan kelapa sawit itu sendiri.
Adapun manfaat implementasi program biodiesel berbasis sawit yang telah diterapkan yaitu penghematan devisa, penyerapan tenaga kerja (petani sawit), peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel, pengurangan emisi GRS, dan peningkatan konsumsi domestik biodiesel dikutip dari Industry.
Diolah dari berbagai sumber, berikut adalah tiga fakta menarik terkait industri sawit di Indonesia:
Pertama, Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 700 perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia.
Total luas lahan sawit yang dimiliki sekitar 14,68 juta hektar, dimana 40%-nya dimiliki oleh petani kecil.
Menurut data Kementan tahun 2017, potensi pengembangan sawit adalah 35 juta ton CPO, 146 juta ton TBS, dan 26,3 juta ton TBK.
Mayoritas produksi sawit Indonesia diekspor dan menghasilkan devisa lebih dari 20 Miliar USD per tahun.
Kedua, produksi sawit secara nasional pada tahun 2015 sebesar 31,07 juta ton, tahun 2016 sebesar 31,73 ton dan terus meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2019, produksi sawit nasional mencapai 42,87 juta ton.
Peningkatan produksi sawit nasional tersebut diikuti dengan peningkatan produksi biodiesel berbasis sawit nasional.
Adapun produksi biodiesel berbasis sawit nasional pada tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 adalah sebesar 3,65 juta kL, 3,41 juta kL, 6,16 juta kL, dan 8,37 juta kL.
Ketiga, kelapa sawit bukanlah penyebab deforestasi. Konvensi hutan primer untuk pemanfaatan lain telah dimulai sebelum ekspansi perkebunan kelapa sawit dimulai.
Perkebunan sawit tumbuh dan menempati lahan yang sudah terdegradasi. Menariknya, kelapa sawit justru mengubah lahan terdegradasi menjadi area produktif.
Perkebunan kelapa sawit yang dikonversi langsung dari hutan produksi hanya sekitar 3%.