JAKARTA, GLOBALPLANET - Kamis (2/4/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) turun 1 ringgit atau 0,04% ke level RM 2.339/ton.
Saat ini ada dua sentimen utama yang membayangi harga CPO. Pertama adalah makin merebaknya wabah corona di seluruh dunia.
Saat ini, total jumlah kumulatif orang yang positif terinfeksi patogen yang diyakini berasal dari Wuhan itu sudah mencapai level 932.000 lebih. Sebanyak kurang lebih 42.000 orang terenggut nyawanya karena tak mampu melawan infeksi virus corona.
Wabah corona yang makin merebak tentu menciptakan disrupsi pada rantai pasok global dan menekan permintaan seiring dengan kebijakan lockdown yang diberlakukan di banyak negara.
Kebijakan ini bukan tanpa ongkos. Aktivitas perekonomian menjadi terganggu. Lockdown memicu disrupsi rantai pasok dan pelemahan permintaan. India sebagai negara pembeli terbesar minyak nabati di dunia pun sudah mengimplementasikan lockdown.
Artinya ada ancaman risiko penurunan permintaan dari India. Reuters melaporkan, permintaan minyak sawit dari India diperkirakan turun tahun ini di bawah 23 juta ton jika dibanding tahun lalu. Sementara konsumsi minyak nabati Uni Eropa juga diperkirakan turun karena lockdown memaksa restoran tutup dan mobilitas orang menjadi terbatas.
Kedua, harga CPO juga tak langsung merosot tajam lantaran Malaysia sebagai produsen terbesar kedua CPO juga memberlakukan lockdown yang mengganggu aktivitas produksi minyak sawit.
Pada 31 Maret kemarin, pemerintah negara bagian Malaysia mengumumkan akan menutup operasi perkebunan kelapa sawit di tiga kabupaten tambahan. Keputusan itu memperluas penghentian operasi minyak sawit menjadi total enam distrik di Sabah, yang berkontribusi sebesar 75% dari total produksi CPO negara bagian.
Kebijakan lockdown dengan menutup kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit dan unit pemrosesan tentu akan berdampak signifikan pada penurunan tingkat produksi dan makin menipisnya stok. Saat ini asosiasi industri kelapa sawit Malaysia tengah melobi pemerintah untuk memberikan kelonggaran agar tetap bisa beroperasi.
Bagaimanapun juga dua hal ini membuat harga komoditas tak lantas naik ataupun turun dengan signifikan.