OKUT, GLOBALPLANET - Mido (43) salah satu petani karet mengeluh. Bagaimana tidak, saat ini harga getah karet ditingkat petani anjlok mulai dari Rp4.500-Rp4.800 perkilogram. Masalah ini diimbangi dengan pengepul banyak tutup atau tidak lagi membeli getah karet petani lantaran pabrik tempat mereka menjual juga tutup.
"Hasil kami dari menyadap karet. Jika getah tidak lagi dibeli bagaimana kami bisa memenuhi kebutuhan hidup ditengah wabah virus corona ini," kata dia.
Dengan kondisi ini, kata Mido, pihaknya berharap pemerintah mulai dari provinsi hingga daerah bisa mengambil langkah. Jangan hanya fokus terhadap penanganan virus corona, tetapi kondisi masyarakat terutama petani dibawah juga harus dilihat.
"Kami minta meskipun murah, getah tetap ada yang membeli. Dengan begitu kami bisa makan. Apalagi, dari hasil karet inilah anak-anak bisa sekolah dan kebutuhan pokok bisa terpenuhi," ungkapnya.
Kekhawatiran ini juga menghantui petani kopi di Pagaralam. Pasalnya, panen setahun sekali akan tiba. Namun, petani khawatir kopi panen tak laku lantaran tidak ada yang membeli, terlebih lagi jika dampak virus corona ini masih panjang.
"Sekarang ini petani karet sudah terkena dampak. Yang sebentar lagi petani kopi akan panen. Kami berharap virus corona cepat berlalu agar kehidupan bisa normal kembali," bebernya.
Keadaan yang menimpa petani karet, kedepan bukan tidak mungkin juga dialami petani kopi. Sebab, biji kopi kering dari Pagaralam dijual ke Lampung dan Jakarta. Jika agen tidak lagi membeli biji kopi, maka keadaan masyarakat Kota Pagaralam yang mayoritas petani akan memburuk.