PALI, GLOBALPLANET - Sejak mendapatkan pelatihan dari salah satu perusahaan minyak dan gas bumi (Migas) bersama 39 peserta lainnya, untuk memproduksi minuman suplemen dan campuran sejenis jamu atau produk minuman herbal, wanita ini melakukan terobosan tampil beda dengan peserta lain.
"Kalau yang lain membuat minuman suplemen, kita membuat serbuk herbal, untuk tampil bedanya. Jadi kita bisa saling tukar produk dengan teman," jelas gadis yang kerap disapa Lilis ini, Minggu (12/4/2020).
Hampir setiap hari Lilis pergi ke kebunnya yang hanya berukuran 10 x 20 meter. Di sana ia menanam beragam tanaman obat. Seperti jahe merah, kunyit, kencur, bawang dayak dan bermacam jenis lainnya. Usai panen, ia mengeringkan bahan obat itu di bawah terik matahari, lalu di-oven dan menghaluskannya serta memberi kemasan yang menarik.
"Kita produksi sudah hampir dua bulan, Ibu sering membantu pengolahan juga, kita menjual produk secara online melalui media sosial Facebook dan di WhatsApp. Untuk harga berkisar Rp15 ribu hingga Rp25 ribu saja per bungkus. Kini pelanggannya tak hanya di Kabupaten PALI atau dalam Provinsi Sumatera Selatan. Melainkan hingga ke Provinsi Riau dan Jambi," urainya.
Perhari produk herbal produksi Lilis bisa habis terjual hingga 30 kg. Dari penjualan itu ia pun bisa meraup omset sampai Rp1 juta per hari.
Meski demikian, karena lahannya masih terbatas, hingga kini ia masih kerap membeli bahan mentah dari pasar agar permintaan para pelanggannya bisa terpenuhi.
"Dari testimoni para pembeli mereka sangat senang dengan olahan kita. Karena selain olahan herbal ini alami, tak ada efek samping. Juga cara penyajiannya sangat gampang. Cukup diseduh air panas dan diberi madu atau gula merah sesuai selera," jelas Lilis.
Menggeluti usahanya itu, kini lilis semakin optimis produksi obat-obatan herbalnya itu akan semakin disukai oleh masyarakat. Ia juga berharap wabah pandemi Covid-19 akan segera berlalu, sehingga ia bisa leluasa dalam mengembangkan usaha.