PALEMBANG, GLOBALPLANET - Ketua GAPKI Sumsel Alex Sugiarto mengatakan, pihaknya menangkap peluang dan tantangan dengan melaksanakan webinar GWS dengan topik-topik yang sesuai dan cocok dengan frekuensi atau kebutuhan milenial.
"Kami sudah menyelenggarakan 2 sesi Webinar pada 3 Juli Webinar GWS Part-1 mengusung Topik “Mengenal Kelapa Sawit, Tak Kenal maka Tak Sayang (Fakta vs Mitos)”. Di webinar sesi-1 kami membuka wawasan milenial perihal fakta vs mitos kelapa sawit karena gencarnya mitos dan kampanye negatif yang menjadi tantangan bagi industri kelapa sawit di Indonesia,” ujar dalam sambutan membuka webinar GWS Part 3, Rabu (12/8/2020).
Kemudian, 17 Juli webinar sesi 2, Gapki Sumsel mengajak milenial untuk melihat bahwa di industri kelapa sawit bukan hanya urusan dengan yang kotor-kotor, becek, hujan atau panas dan sebagainya. “Justru pelaku industri terus berpikir dan berinovasi, bagaimana digitalisasi dapat membantu, agar mengurangi bahkan tidak perlu turun ke lapangan kecuali tim audit," tutur Alex.
Ia melanjutkan, sebagai pamungkas, GAPKI Sumsel kali ini menyuguhkan bahasan yang sangat menarik dengan mengangkat topik “Sejuta Manfaat Sawit: Proses dan Produk Hilirisasi Sawit”. "Jadi bukan seratus, seribu tapi sejuta manfaat dan diantaranya, di tengah menipisnya cadangan bahan bakar fosil, produk turunan dari kelapa sawit juga dapat diproduksi sebagai bahan bakar ramah lingkungan / bahan bakar nabati. Saat ini sudah ada B-30 (biosolar, yang merupakan campuran solar dengan FAME / Fatty Acid Methyl Ester), dan pengembangan green diesel (D-100) serta rencana produksi green energi lain seperti green gasoline (bensin) dan green avtur," jelasnya.
Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Dr Ir Darmono Taniwiryono selaku pemateri menerangkan sawit tidak hanya menghasilkan minyak, akan tetapi banyak sekali biomassa yang dapat dimanfaatkan. Diantaranya dari tandan kosong (Tankos), pelepah, batang, sabut buah dan cangkang.
"Pada kenyataannya minyak sawit adalah biomassa terkecil, dari satu hektar kebun kelapa sawit 5-10 persennya adalah hasil minyak. Kalau kita kupas banyak sekali biomassa yang kita dapatkan dari sawit, kalau semuanya kita kuasai cara memproduksinya saya yakin kita akan kokoh," jelas Darmono.
Satu diantaranya tandan kosong, dapat diolah menjadi pellet yang lebih konstan panasnya.. Makanya banyak sekali permintaan pelet tandan kosong sawit untuk diekspor. Tak hanya itu, tandan kosong juga telah dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan helmet dan bioplastik.
"Permasalahannya pelet sawit lebih coklat jika dibandingkan dengan pelet kayu berwarna putih. Ini yang harus diselesaikan kaum peneliti agar pelet tandan kosong sawit lebih cocok dengn boiler luar negeri," ungkapnya.
Kemudian, lanjut Darmono, bagian cangkang buah kelapa sawit yang biasanya digunakan untuk memadatkan jalan agar tidak becek sekarang juga banyak dicari. Lalu biji yang ada di buah sawit yakni kernel, juga dapat menghasilkan minyak dan pakan ternak.
"Kelapa sawit satu satunya tanaman yang menghasilkan minyak dari buah dan bijinya, minyak dari biji kernel disebut dengan PKO (Kernel palm oil) yang bermanfaat untuk kesehatan karena kandungannya mirip dengan minyak kelapa. “Nah minyak kernel ini jika di press maka keluar bungkil yang bisa dijadikan pakan ternak," bebernya.
Dengan banyaknya produk yang dihasilkan oleh biomassa kelapa sawit, dirinya menegaskan bahwa dunia harus tahu jika kelapa sawit terlahir sustainable atau memiliki kemampuan untuk menghidupi kenaekaragaman hayati.
"Yang selama ini diributkan hanya soal minyak kelapa sawit saja. Padahal tanaman ini punya banyak biomassa yang dapat dimanfaatkan. Apalagi produktivitas sawit 10 kali lipat dibandingkan dengan kedelai, bagaimana kita gentar (maju tak gentar) dengan sumber daya se-sustainable ini (sawit)," pungkasnya.