JAKARTA, GLOBALPLANET - Melansir data Refinitiv, CPO sepanjang pekan ini melesat 3,54% ke 2.835 ringgit (RM) per ton. Bahkan sebelum terkoreksi di hari Jumat lalu, CPO menyentuh level RM 2.902/ton, yang merupakan level tertinggi sejak 24 Januari lalu.
Kenaikan harga CPO ini karena mendapat sentimen positif dari pergerakan harga minyak nabati global. Harga minyak kedelai di awal pekan ini sempat melesat naik sekitar 2,5%, Kenaikan harga kompetitornya tersebut tentunya turut mengerek naik harga CPO.
Tetapi sayangnya, harga minyak kedelai melempem setelahnya, sepanjang pekan lalu justru akhirnya mencatat pelemahan 0,93%, sehingga layak waspada penurunan harga CPO pekan depan.
Selain itu, bulan Agustus adalah bulan-bulan puncak produksi. Ketika output naik sementara ekspor atau permintaan lemah akibatnya stok meningkat dan harga CPO bisa balik tertekan.
Sathia Varqa sebagai salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, mengatakan pelaku pasar menunggu perkiraan produksi Agustus dari Malaysian Palm Oil Association untuk memproyeksikan arah harga yang lebih lanjut
Pelaku pasar mengharapkan produksi di Malaysia turun sedikit atau naik paling banyak 2% karena musim kemarau tahun lalu menurunkan hasil panen. Namun survei analis baru-baru ini mengindikasikan bahwa produksi mungkin akan lebih tinggi.
“Stok minyak sawit Malaysia pada Agustus diperkirakan naik 6% dari Juli karena produksi tumbuh 6% per bulan dan ekspor merosot,” kata Ivy Ng, kepala daerah penelitian perkebunan di CGS-CIMB Research, dalam sebuah catatan, melansir Reuters.
Sementara itu produksi minyak sawit di Kolombia diperkirakan meningkat tahun ini menjadi 1,65 juta ton, naik 10% dari tahun lalu karena peningkatan produksi. Hal ini diungkapkan oleh presiden asosiasi produsen pada hari Rabu kepada Reuters.
Kolombia adalah produsen minyak sawit terbesar keempat di dunia setelah Indonesia, Malaysia, dan Thailand. “Produksi di paruh pertama sudah naik 8% menjadi 953.000 ton karena panen dari tahun-tahun sebelumnya dan peningkatan tenaga kerja,” kata Jens Mesa, presiden Federasi Nasional Petani Kelapa Sawit.
“Ini menempatkan kami pada jalur menuju pemulihan sekali lagi, dibandingkan dengan apa yang kami alami tahun lalu ketika ada kontraksi produksi, dan itu telah mengkompensasi dengan cara apa kami kehilangan harga,” kata Mesa.