MEDAN, GLOBALPLANET. - “Kalau kita paham tentang perkebunan kelapa sawit, maka kita akan tahu kalau perkebunan sawit sangat terkait erat dengan rakyat. Kini, lebih dari 41 persen perkebunan sawit di Indonesia dikelola para petani sawit, bisnis sawit adalah bisnis rakyat kecil, kata mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih, Selasa (2/2/2021) sore.
Hal itu dikatakan Prof Bungaran saat menjadi salah satu pembicara dalam webinar melalui aplikasi Zoom yang digelar oleh The Jakarta Consulting Group, JCG CALM (Communication, Advocacy, Lobbying, Mediation).
Sejumlah tokoh dan pembicara juga hadir di acara webinar yang dihadiri sekitar 77 peserta tersebut seperti Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, tokoh senior GAPKI Provnsi Sumatera Selatan. Lalu, Dubes RI di Tiongkok Djauhari Oratmangun, pendiri Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari Sahala Panggabean.
Hadir juga Prof AB Susanto chairman JCG yang merupakan seorang cendekiawan sekaligus pengusaha sukses, Deputi Eksekutif Direktur Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Coutries (CPOPC) DR Dupito Simamora, Master Parulian (MP) Tumanggor dari Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), pembicara dari CPOPC adalah Dupito Simamora dan lainnya. Webinar itu dimoderatori oleh mantan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Gamal Naser.
Kata Bungaran, selepas proses nasionalisasi perusahan-perusahaan perkebunan Belanda yang dilakukan oleh Presiden Soekarno, pembangunan industri perkebunan di Indonesia, termasuk kelapa sawit, mulai dilakukan. Tetapi seiring perkembangan, muncul kritikan kalau perkebunan sawit hanya menguntungkan pengusaha dan kritikan itu didengar oleh Presiden Soeharto. Lalu, ujarnya, pada dekade 1980-an Presiden Soeharto mencanangkan program kemitraan antara perusahaan dan petai sawit melalui Program Inti Rakyat (PIR), serta berbagai skema lainnya.
“Dan pengembangan perkebunan inti rakyat (PIR) atau kemitraan dengan perusahaan sawit adalah jawaban atas kritikan yang menyebutkan perkebunan sawit hanya dinikmati pengusaha, bukan rakyat,” ujar Bungaran.
Bahkan, ungkap Bungaran, Bank Dunia sempat memberikan bantuan dana terhadap pengembangan perkebunan sawit di tingkat masyarakat. Namun ternyata bantuan Bank Dunia itu, ujar Bungaran, membuat industri sawit nasional menjadi besar dan menjadi ancaman bagi industri minyak kedelai atau soya bean negara-negara Eropa. “Kalau saat ini industri perkebunan sawit kita membesar, ya itu karena merespon perkembangan pasar yang semakin meminati minyak sawit,” tegas Prof Bungaran Saragih.