JAKARTA, GLOBALPLANET - Dalam pernyataan resmi yang salinannya diterima globalplanet.news, GAPKI menyatakan, proyeksi ini dilandasi pemeliharaan kebun yang lebih baik, cuaca yang mendukung dan harga yang menarik.
Selanjutnya, komitmen pemerintah untuk melanjutkan program B30, konsumsi biodiesel diperkirakan sebesar 9,2 juta KL (Aprobi 2021) yang setara dengan 8 juta ton minyak sawit. Penggunaan sawit untuk oleokimia di 2021 diperkirakan sekitar 2 juta ton untuk domestik dan sekitar 4,5 juta ton untuk ekspor (Apolin 2021).
Di pasar global, permintaan minyak nabati dunia memang akan sangat tergantung dari keberhasilan vaksin Covid-19, sehingga akan meningkatkan konsumsi minyak nabati termasuk minyak sawit. “Selain itu, banyak negara yang karena alasan ekonomi terpaksa lebih terbuka. Ekspor minyak sawit Indonesia diperkirakan akan meningkat di tahun 2021 baik volume maupun nilainya,” kata Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono dalam pernyataannya.
Namun ada faktor yang diperkirakan mengganggu permintaan antara lain berjangkit kembalinya Covid-19 di China maupun negara lain, dan juga berjangkitnya African Swine Fever yang mengganggu permintaan oilseed dan oilmeal yang pada akhirnya akan mengganggu permintaan minyak nabati termasuk minyak sawit.
Namun demikian, meskipun pademi masih berlangsung, GAPKI tetap fokus pada program strategis yang salah satunya penguatan penerapan sustainability. Hal ini sekaligus menjawab tudingan negatif pihak-pihak yang tidak menyukai Indonesia menjadi produsen sawit terbesar.
Secara rinci berikut 3 fokus kegiatan GAPKI tahun 2021 :
Pertama, Penerapan dan Pengawalan Implementasi Undang Undang Cipta Kerja (UUCK) dan Peraturan Perundangan turunannya,
Kedua, Penguatan penerapan Sustainability, melalui Percepatan dan Penyelesaian Sertifikat ISPO bagi anggota GAPKI,
Ketiga, Penguatan Kemitraan untuk Peningkatan Percepatan Percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).