MEDAN, GLOBALPLANET - “Ada kalanya informasi yang disampaikan para pesohor cenderung memberikan pernyataan yang menjanjikan hasil investasi atas saham tertentu. Keuntungan yang mereka dapatkan dari satu atau beberapa saham mereka publikasi di sosmed. Ini bisa mengkhawatirkan. Karena para pemula yang ingin memulai berinvestasi cenderung ikut memilih saham-saham yang dimiliki para selebritas tersebut, ujar Kepala PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara, Pintor Nasution, kepada sejumlah media di Medan, Rabu (17/2/2021).
Padahal, kata Pintor, pertimbangan dalam berinvestasi saham bukan berasal dari pendapat seseorang atau sekelompok orang. Karena pernyataan ini bisa menyesatkan bahkan bisa memberikan keuntungan bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lainnya. Mengapa demikian?
Kata dia, kenaikan harga saham salah satunya ditentukan berdasarkan hukum permintaan. Jika saham tertentu diminati banyak orang (banyak yang mau membeli), maka harga saham akan naik mengikuti hukum supply and demand.
“Bayangkan, jika ada seorang influencer di media sosial menyebutkan nama saham yang dimilikinya telah memberikan keuntungan besar. Lalu, investor ramai-ramai ingin membeli saham tersebut, maka harga akan naik,” kata Pintor.
Akibatnya, investor saham yang terakhir akan mendapatkan harga beli yang paling tinggi. Sementara investor yang lebih awal memiliki saham yang ditiupkan inluencer akan menikmati keuntungan yang besar.
Sebab, kata Pintor, investor awal bisa menjual saham miliknya dengan return yang tinggi ketika harganya sudah melambung. Kenaikan harga tersebut akan dipicu dari permintaan beli, bukan berdasarkan kinerja fundamental saham perusahaan.
Jadi, kata Pintor, bagi para investor pemula, sebaiknya memilih saham bukan berdasarkan informasi dari investor lainnya, melainkan berdasarkan analisa atas kinerja perusahaan yang sahamnya hendak dibeli.