JAKARTA, GLOBALPLANET - “Tinggal lagi bagaimana organisasi yang ada di Pondok Pesantren (Ponpes) diperkuat. Biar mampu dan transparan mengelola duit,” kata Ketua Harian PB Nahdlatul Ulama (PBNU) juga Staf Khusus Wakil Presiden, KH. Imam Aziz saat berbincang dengan Gatra.com, usai membuka workshop santripreneur itu di Pekanbaru, Rabu (24/2/2021) lalu.
Santripreneur yang dikawal langsung oleh Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ini adalah inisiatif yang sangat bagus.
“NU berkomitmen mengawal. Baik dalam penguatan organisasi maupun relasi dengan mulstakeholder,” ujar lelaki 58 tahun ini.
Yang penting kata Imam itu tadi, organisasinya musti kuat. “Ibarat main bola, jangan yang main itu kiper dengan kiper. Tapi mainkanlah 20 lini lainnya dengan cantik,” pintanya.
Lantaran santripreneur berbasis sawit ini baru berjalan kata lelaki kelahiran Pati Jawa Tengah ini, ada empat poin penting yang musti dan konsisten dilakukan.
“Kalau kita cerita sawit, tentu kita musti menengok mata rantai sawit ini sampai kemana. Misalnya jadi minyak, coklat, kosmetik hingga obat-obatan. Ponpes harus dikasi akses sampai ke situ. Kalau enggak, program ini akan biasa saja,” ujarnya.
Biar Ponpes bisa sampai ke level tadi kata Imam, tentu pengembangan sumber daya manusia yang kuat terkait itu, harus dilakukan. “Sekolahkan santri untuk menguasai jenis-jenis produk yang akan dibikin,” pintanya.
Setelah sumber daya manusianya kuat, kasi akses teknologi termasuk juga akses untuk mendapatkan tanah.
“Tanah tadi kan untuk menanam, lalu teknologi untuk mengolah hasil. Kasi akses dan teknologi untuk membikin pabrik. Kalau pabriknya pabrik minyak goreng, kasi jejaring bisnisnya. Kalau jejaring Ponpeskan sudah kuat, tapi jejaring keluar,” katanya.
Kalau tahapan ini dilakukan dengan konsisten kata Imam, dia yakin program santripreneur ini akan sukses dan kemiskinan berkurang.
“Jangan kemiskinan itu dibikin awet. Saya yakin lima tahun semua tahapan ini sudah jadi,” milik lelaki ini nampak optimis.
Soal tahapan-tahapan tadi kata Imam, sebetulnya bukan hanya untuk santripreneur tadi, tapi tahapan yang musti dilakukan di sektor manapun.
“Kita akan keluar dari lingkaran kemiskinan kalau intelektualitas, kemampuan, akses dan jejaring bisa dijalankan secara konsisten,” ujarnya.
Indonesia punya sumber daya manusia yang sangat besar, tapi belum menjadi human capital. Banyak generasi yang terdidik tapi tak bisa berbuat banyak lantaran enterpreneurshipnya tidak ada, tidak inovatif.
“Mestinya investasi kita di human dulu. Ini yang selama ini agak terabaikan. Generasi tidak cukup dengan pendidikan yang bagus, tapi mereka harus difasilitasi pada level-level yang saya bilang tadi,” katanya.
Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung menyebut, tahun ini ada 100 orang santri yang akan dikirim untuk mengusai ilmu-ilmu perkelapasawitan itu, mulai dari ilmu penanaman, perawatan, hingga pengolahan.
“Mereka akan dikuliahkan lewat beasiswa Badan Pengelola Dana Perkebunan kelapa Sawit untuk program D1 hingga D4. Kami Apkasindo yang diamanahkan Wapres KH. Ma’ruf Amin untuk mengawal langsung program ini, akan berusaha maksimal menjalankan tahapan yang ada. Kami sangat senang lantaran semua stakeholder termasuk asosiasi sawit lainnya sangat mendukung,” ujar ayah dua anak ini.
Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo yang juga Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko yang hadir secara daring nampak senang dengan program santripreneur itu.
Sebab menurut mantan Panglima TNI ini, santri, sambil menggeluti sawit, juga tetap akan bisa berdakwah.