JAKARTA, GLOBALPLANET - Hal ini diungkapkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, Jumat (9/4/2021).
"Sebenarnya Eropa itu cuma ribut saja mengancam dan melarang, tapi sebenarnya ekspor ke sana itu tinggi sekitar 4,5 - 5 juta ton per tahun. Saya rasa isunya bukan lagi lingkungan tapi perdagangan, tinggal bagaimana Government to Government yang kompak menangani hambatan perdagangan, " ungkap Joko, dalam Dialog Indonesia Bicara yang ditayangkan TVRI.
Pangsa ekspor kelapa sawit Indonesia tahun 2020 lebih banyak dibandingkan domestik. Dari keseluruhan produksi CPO Indonesia, hanya 35 persen yang dijual ke pasar domestik sementara 65 persennya diekspor.
"Tahun lalu permintaan domestik justru menguat daripada ekspor karena pandemi. Beda dengan tahun 2019 yakni 70 persen yang diekspor, " katanya.
Kelapa sawit selalu mampu menguasai market share minyak permintaan minyak nabati dunia dibandingkan minyak nabati yang lain, dengan market share 33 persen di pasar Global. Kebutuhan minyak nabati dunia selalu bertambah, rata-rata 5-6 juta ton per tahun.
"Ini yang jadi rebutan pelaku usaha dan produsen. Kelapa sawit bersaing dengan minyak nabati lain seperti Rapsyd, Sun flower, dan kedelai, tapi sawit jadi pemenangnya. Yang harus kita lakukan kini menjaga level produktivity kita dengan menambah ekspansi, ini penting bagi urusan neraca perdagangan Indonesia, " pungkas dia.