loader

RSPO: Ada Gender Guidance yang harus Diikuti Perusahaan Sawit yang Menjadi Anggota

Foto

MEDAN, GLOBALPLANET - Panduan itu harus diikuti oleh semua perusahaan kelapa sawit yang menjadi anggota RSPO, baik di Indonesia, Malaysia, dan negara lainnya yang memiliki perkebunan sawit.

Hal itu diungkapkan Tiur Rumondang dari RSPO Indonesia dalam webinar sawit berkelanjutan volume 6 yang bertajuk "Ketangkasan Perempuan Sawit Indonesia", Selasa (27/4/2021).

Webinar itu diselenggarakan oleh Majalah Info Sawit dan RSPO dalam rangka Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April.

Selain Tiur Rumondang, tampil sebagai pembicara yakni Yunita Widiastuti (Group Sustainability Lead Cargill), Indah Fatinaware (NGO Sawit Watch).

Selain itu, Rukaiyah Rafiq (Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia / Fortasbi), dan dimoderatori oleh Risbiani Fardaniah, jurnalis dari Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.

Tiur menegaskan panduan itu bukan untuk mengistimewakan kaum perempuan. "Namun fungsi reproduksi yang ada di diri perempuan memang membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam sebuah industri, termasuk di perkebunan sawit," ujar Tiur.

Sementara itu Indah Fatinaware mengungkapkan, Sawit Watch menemukan fakta bahwa posisi perempuan dan anak-anak memang rentan di perkebunan sawit, baik di perkebunan sawit di Malaysia maupun di Indonesia.

Kalau untuk buruh migran di Malaysia, terutama yang tak punya dokumen legal, sangat rentang mengalami pelecehan dan kekerasan.

Di perkebunan sawit di Indonesia, ujar Indah, posisi perempuan juga rentan, baik perempuan di perusahaan perkebunan sawit di mana perempuan sebagai buruh atau istri buruh, atau di sekitar perkebunan.

Rukaiyah Rafiq dari Fortasbi justru mengungkapkan hal berbeda. Kata dia, untuk di kalangan petani sawit swadaya, teritma dengan luas lahan dua hektar, jarang sekali ditemukan perempuan berada dalam posisi yang rentan.

Sebab, kata dia, di kalangan petani sawit swadaya, sawit bukan satu-satunya tempat mereka memperoleh nafkah. 

"Ada lagi perkebunan karet mereka, juga cabai, dan lainnya, di mana istri mereka juga memiliki ruang dan kreativitas di situ," ujar aktivis yang akrab disapa Ruki ini.

Petani sawit swadaya yang punya lahan di atas dua hektar, ujarnya, biasanya menyewa para pekerja yang umumnya pria. Tetapi Ruki menegaskan tak menampik kemungkinan ada perempuan di kalangan petani sawit swadaya.

Share

Ads