JAKARTA, GLOBALPLANET - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan volume ekspor produk minyak sawit ke Uni Emirat Arab sejauh ini tidaklah terlalu besar.
Produk yang dikirim ke negara tersebut biasanya diekspor kembali ke negara Timur Tengah lainnya.
“Uni Emirat Arab impor dari Indonesia dan diekspor kembali ke negara Timur Tengah dan Afrika. Memang volumenya relatif kecil, sekitar 200.000 ton setahun,” kaat Joko, Kamis (2/9/2021).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor produk minyak nabati dengan kode HS 17 ke Uni Emirat Arab mencapai 226.260 ton pada 2020, turun tipis dibandingkan dengan impor pada 2019 sebesar 255.200 ton.
Adapun sepanjang semester I/2021, impor minyak nabati Uni Emirat Arab dari Indonesia berjumlah 125.786 ton senilai US$129,78 juta. “Uni Emirat Arab punya peran penting untuk melayani pasar-pasar yang tidak bisa dimasuki Indonesia langsung, baik karena volumenya kecil maupun alasan lain,” kata Joko.
Indonesia dan Uni Emirat Arab resmi meluncurkan negosiasi kerja sama perdagangan dalam skema kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif (comprehensive economic partnership agreement/CEPA) pada Kamis (2/9/2021) di Bogor, Jawa Barat. Indonesia-UAE CEPA di antaranya bakal mencakup kerja sama di bidang perdagangan barang, hak kekayaan intelektual, investasi, perdagangan digital, dan ekonomi syariah.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kedua negara berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan dalam kurun 1 tahun.
Artinya, Indonesia-UAE CEPA ditargetkan rampung atau mencapai tahap konklusi pada 2022. Menteri Negara Urusan Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab Thani bin Ahmed Al Zeyoudi mengatakan bahwa minyak sawit merupakan salah satu produk unggulan Indonesia yang diekspor ke negara beribu kota Abu Dhabi tersebut.
Selain minyak nabati, produk potensial Indonesia lainnya yang diimpor oleh Uni Emirat Arab mencakup produk tekstil dan perhiasan.