“Di sisi lain memang upaya ini akan memangkas produksi sawit nasional dalam jangka pendek karena ada luasan tanam yang ditebang, tetapi penanaman kembali lahan sawit akan memberikan dampak jangka panjang,” jelas Togar di Jakarta, Minggu (13/2/2022).
Rendahnya produktivitas tanaman petani ini ikut menekan produktivitas tanaman sawit rata-rata nasional sehingga berada jauh di bawah sejumlah negara lain, seperti Malaysia yang menjadi pesaing utama produk sawit Indonesia di pasar global.
Menurut Togar, kondisi ini menuntut adanya upaya jangka panjang yang perlu dilakukan oleh pemerintah.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menggencarkan program replanting atau program peremajaan tanaman secara besar-besaran di seluruh sentra pertanaman sawit Indonesia.
“Di sisi lain memang upaya ini akan memangkas produksi sawit nasional dalam jangka pendek karena ada luasan tanam yang ditebang, tetapi penanaman kembali lahan sawit akan memberikan dampak jangka panjang,” jelas Togar di Jakarta, Minggu (13/2/2022).
Namun, bagi petani plasma yang tergabung dengan perusahaan perkebunan, dapat dibantu oleh perusahaan kelapa sawit.
Wakil Direktur Utama PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS), Kurniadi Patriawan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk ikut berperan dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman sawit petani rakyat.
Menurut Kurniadi, langkah ini tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan karena ada kepastian pasokan bahan baku untuk kebutuhan pabrik minyak sawit mentah (CPO).
Tapi juga menguntungkan petani karena dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman petani yang umumnya di bawah produktivitas tanaman sawit perusahaan.
“Saat ini luas lahan inti perusahaan sekitar 26.231 hektare dan hingga tahun 2024 ditargetkan sudah bermitra dengan petani melalui lahan plasma seluas 3.000 hektare. Luas lahan plasma ditargetkan terus meningkat menjadi 9.500 hektare pada tahun 2027,” paparnya.