JAKARTA, GLOBALPLANET - Dikutip dari CNN, seorang pasien wanita di wilayah Ingende tengah menjalani pemeriksaan setelah mengalami gejala demam berdarah. Beberapa tes untuk penyakit dengan gejala tersebut dilakukan, termasuk Ebola, dan hasilnya negatif.
Sampel pasien yang dirahasiakan namanya ini diperiksa di National Institute of Biomedical Research (INRB) di Kinshasa, ibukota Republik Demokratik Kongo.
Dokter mengkhawatirkan wanita ini adalah pasien zero, atau pasien pertama, yang terinfeksi 'Disease X'. Istilah 'X' merupakan singkatan dari unexpected, yakni wabah yang menjadi kekhawatiran pada ilmuwan bakal menjadi ancaman serius jika menyebar ke seluruh dunia.
Dr Kenneth Iserson, profesor emeritus dari University of Arizona, kepada The Straight Times mengungkap prediksi bahwa sejumlah penyakit menular berpotensi menjadi 'Disease X'. Disease X sendiri merupakan istilah untuk penyakit menular yang belum diketahui manusia.
"Ada kemungkinan penyakit menular tak dikenal lainnya sudah bersirkulasi dan bisa memberikan implikasi dahsyat," kata Dr Iserson, dikutip dari The Straight Times.
Respons dunia dalam menghadapi pandemi COVID-19, menurut Dr Iserson menunjukkan disparitas dan ketidakkompakan. Menurutnya, dunia 'tidak belajar banyak' dalam mempersiapkan pandemi berikutnya.
Disease X merupakan istilah yang dipakai WHO untuk menyebut berbagai patogen mematikan, termasuk SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan Ebola, yang mendapat prioritas utama dalam riset karena berpotensi menyebabkan pandemi.
COVID-19 sendiri merupakan Disease X yang menyebabkan dunia jatuh ke dalam krisis di 2020.
Presiden Public Health Foundation di India, Dr K Srinath Reddy, menyebut vaksin saja tidak cukup. Menurutnya, vaksin dan pengobatan lebih merupakan langkah reaktif dibanding preventif atau pencegahan.
"Mereka bukan jaminan perlindungan jangka panjang, Mikroba juga belajar bermutasi. Lebih penting lagi, pandemi-pandemi baru bisa mulai muncul dan menghadirkan malapetaka sebelum kita mengembangkan vaksin atau menguji obat untuk melawannya," kata Dr Srinath.
Surveilans aktif internasional, menurut Dr Iserson merupakan antisipasi terbaik yang bisa dilakukan. Ia menyebut, China, lembah Amazon, dan Afrika tengah, merupakan beberapa hotspot yang perlu diamati.