PALEMBANG, GLOBALPLANET - Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif (akibat proses penuaan pada sistem saraf) yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik dan keseimbangan tubuh.
Kondisi tersebut biasanya ditandai dengan tremor, gangguan koordinasi dan kaku otot.
Berdasarkan Data World Health Organization (WHO) menunjukkan insidensi penyakit Parkinson di Asia, yaitu 2-8 kasus per tahun di Cina dan Taiwan.
Sedangkan di Singapura dan Jepang terdapat 6-8 kasus per tahun pada rentang usia 60-70 tahun.
dr saraf spesialis konsultan
Theresia Christine Rumah Sakit Siloam Sriwijaya menerangkan, umumnya orang yang berumur 60 tahun ke atas berisiko terkena penyakit Parkinson.
"Selain usia, laki-laki lebih rentan terkena Parkinson dibanding wanita, terakhir efek samping dari mengonsumsi obat
yang mengandung antisikotis, " terang dr Theresia, Sabtu (10/8/2024).
"Faktor resiko cedera kepala yang berat juga berisiko terkena penyakit Parkinson, " sambung dr Theresia.
Theresia mengungkap bahwa penyebab pasti penyakit ini masih belum diketahui.
"Namun, ada yang disebabkan oleh faktor genetik, paparan pestisida, dan lain-lain," ungkap dr Theresia.
Gejala Parkinson berbeda-beda pada setiap penderitanya. Namun, gejala umum yang kerap dialami oleh penderita antara lain.
Gemetar (tremor), gerakan lambat (bradykinesia), otot kaku, postur tubuh membungkuk, depresi, gangguan menelan, gangguan mengunyah, gangguan berkemih, dan gangguan bicara.
"Penyakit Parkinson ini bersifat progresif, artinya kondisi tersebut dapat berkembang secara perlahan dan memburuk seiring dengan berjalannya waktu," kata Theresia.
Theresia memberikan beberapa tips untuk penanganan Parkinson, meliputi terapi dopaminergik, terapi bicara serta antidepresan.
"Rutin latihan olahraga untuk menjaga tonus, kekuatan, dan fleksibilitas otot, nah cara yang
paling cepat mengatasi Parkinson adalah pemasangan chip pada otak, tetapi pemasangan chip ini penderitanya harus lebih dari empat tahun, " terang Theresia.
"Jangan baru terkena gejala Parkinson lantas mau langsung pasang chip itu tidak bisa, " tambah Theresia.
Adapun range pemasangan chip di otak kisaran Rp 500 hingga 600 juta.
"Pemasangan chip ini tidak menyembuhkan secara total, tetapi hanya mampu mengatasi penderitanya, " tutup Theresia.
Associate Director Commercial Siloam Hospitals Group Angelia Agustine menambahkan, hari ini Siloam Hospitals Group menyelenggarakan simposium medis pada tanggal 10 Agustus 2024 dengan topik bertajuk “Exploring Insights in Nephrology and Neurology” dengan menghadirkan sekitar 70 dokter spesialis, dokter umum, dan tenaga medis dari area Palembang dan sekitarnya.
"Adapun tujuan dari simposium ini adalah untuk memperkenalkan, mendiskusikan, dan berbagi informasi terkini tentang perkembangan tatalaksana penyakit Parkinson," ungkap Angelia.
"Seperti yang dibilang dr Theresia tadi
Penyakit Parkinson hingga saat ini penyebab pastinya masih belum diketahui, tetapi, dapat ditanggulangi secara maksimal dengan prosedur Deep Brain Stimulation (DBS)," tutup Angelia.