JAKARTA, GLOBALPLANET - "Sejumlah investor saham yang bertahan memiliki saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengalami potential loss yang besar," ujar Kepala BEI Perwakilan Sumut, Pintor Nasution, yang mewakili Tim BEI, kepada media, Senin (18/5/2020).
Apalagi, ujar Pintor, jika saham-saham yang ada pada portofolionya sudah dimiliki jauh sebelum Covid-19 datang.
Pintor mengingatkan, ini baru merupakan potensi kerugian, belum menjadi kerugian yang sesungguhnya, hingga investor menjual sahamnya.
Artinya, ujar Pintor, potensi kerugian ini akan berubah menjadi keuntungan, jika harga saham membaik kembali. "Kapan harga-harga saham naik lagi? Jawabannya tentu tidak ada yang bisa memastikan," kata Pintor blak-blakan.
Ia lalu memaparkan kondisi pasar saham di seluruh dunia saat ini yang banyak melewati berbagai peristiwa seperti pandemi covid saat ini, lalu wabah penyakit, krisis ekonomi global, teroris, hingga kondisi politik.
"Dan dalam sejarah pasar modal, selalu ada saatnya kondisi pasar membaik bahkan mencapai titik puncak," ujar Pintor.
Pintor meminta para investor agar tidak perlu trauma menghadapi situasi ini. Karena, kata Pintor, siklus penurunan harga saham sepuluh tahunan tengah terjadi.
"Ini kita bicara pakai data statistik ya. Coba ingat ketika terjadi krisis global pada tahun 2008, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) anjlok hingga minus 50,64%," ujarnya.
Namun demikian, kata Pintor, pada tahun selanjutnya, yakni tajun 2009, IHSG kembali pulih dan menguat 86,98%.
Pintor yakin, investor yang memiliki tujuan investasi jangka pendek, atau memiliki horizon jangka panjang namun saat ini sudah waktunya sesuai goals merealisasikan hasil investasi, bisa siap-siap melakukan penjualan saat harga mulai kembali naik.
"Penjualan bisa dilakukan secara bertahap untuk meminimalisir kerugian," tegas Pintor.