PALEMBANG, GLOBALPLANET - Hal ini diungkapkan Ketua Persatuan Hotel Indonesia (PHRI) Sumsel, Herlan Asfiudin ketika dihubungi lewat telepon.
Menurut Herlan, dengan stagnannya sejumlah perusahaan hotel di Palembang mengurangi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Palembang, ia memperkirakan kehilangan pendapatan dari sektor hotel sebesar Rp20 miliar per bulan.
"Hotel-hotel bintang kecil banyak yang tutup sementara dan merumahkan karyawannya, hotel berbintang besar juga lesu. Bayangkan operasional mereka perhari bisa belasan hingga puluhan juta. Bagaimana mau membayar listrik, karyawan dan lain-lain kalau tidak ada pengunjung," ungkap Herlan, Jumat (17/4/2020).
Padahal semestinya industri pariwisata yang melibatkan perhotelan dan restoran mulai naik usai Januari. Akan tetapi, adanya wabah COVID-19 mematikan pariwisata karena semua orang tak berani keluar rumah.
"Februari, Maret dan April pasti ada pergerakan karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat-tempat hiburan. Tapi, sejak bulan Maret imbas wabah mulai terasa sehingga kehilangan pendapatan dari sektor perhotelan," tandasnya.
Adapun jenis pajak yang ditarik, kata Herlan yakni jenis PB1, pajak daerah yang ditarik oleh Pemkot Palembang, 10 persen dari omzet perusahaan. Itu, belum potensi pajak yang hilang, yang penarikannya oleh pemerintah pusat.
Herlan mengakui, memang sejak bulan lalu, potensi PAD dari hotel mengalami penurunan, memang masih ada hotel yang sumbang PAD, hotel bintang kecil, tapi untuk hotel bintang besar seperti bintang 4 hingga 5, turun jauh sumbangan PAD-nya, apalagi mereka ada yang lockdown (tutup sementara).
Bahkan menurut Herlan ide untuk mengeluarkan promo menginap murah bagi tamu hotel selama 7-14 dirasa tidak efektif mengingat bertambahnya Kasus positif Corona.
Meski begitu, ia tetap berharap industri hotel dan restoran dapat tetap bertahan ditengah pandemi COVID-19. Dan optimis bisnis hotel bangkit setelah wabah ini selesai.
"Tidak ada yang bisa dilakukan bahkan ide untuk mengeluarkan promo menginap murah selama 7-14 hari sebagai bentuk langkah antisipasi penularan tidak efektif. Saya rasa itu tidak akan berdampak mengingat semakin banyaknya kasus positif sehingga masyarakat banyak yang trauma," pungkasnya.