PALEMBANG, GLOBALPLANET - Pengelola Kelenteng Dwi Kwan Im Tjik Harun mengatakan, pandemi Covid-19 yang masih melanda membuat perayaan Imlek yang jatuh pada tanggal 12 Februari 2021 itu terpaksa digelar lebih sederhana, guna menghindari penularan virus Covid-19.
"Kita tak mau ada kerumunan, jadi tahun ini barongsai, jidor dan lampion ditiadakan, kita khawatir dapat menimbulkan kerumunan banyak orang dan dapat menjadi penyebaran Covid-19," ujar Tjik Harun, Sabtu (6/2/2021)
Tjik Harun mengatakan, prosesi ibadah malam Imlek tak bisa dilakukan secara virtual. Sehingga mereka masih harus tetap datang ke Klenteng untuk sembahyang. Untuk ibadah pada malam Imlek tetap digelar seperti biasanya tanpa dilakukan batasan.
"Karena kalau sembahyang biasanya memang tidak berkerumun sehingga masih diperbolehkan. Dalam pelaksanaannya pun para pengunjung diwajibkan mengikuti protokol kesehatan (prokes) seperti mencuci tangan dan menggunakan masker selama ibadah," terang dia.
Meskipun tahun ini sedikit berbeda, namun tidak membatasi umat Thionghoa untuk beribadah dalam merayakan tahun baru China. Bahkan tempat Ibadah Tri Dharma ini telah menyediakan tujuh tempat pencuci tangan, hand sanitizer serta mengatur jarak pada saat umat melakukan sembahyang.
"Jadi tahun ini ada sedikit berbeda, karena pandemi melanda semua dunia, termasuk Indonesia. Namun, pengamanan sudah kita siapkan seperti tangki air ada tujuh, hand sanitizer, kita juga himbauan agar saat ibadah jangan prokes tetap kita jalankan dengan ketat," jelasnya.
Tjik Harun juga menambahkan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian serta pemerintah kota Palembang dalam hal keamanan selama beribadah.
"Bahkan Pemerintah dan Kepolisian membantu dengan menjaga keamanan agar ibadah ini berjalan lancar," tambahnya.
Ritual Imlek ini sebenarnya panjang, yakni dari malam sebelum Imlek sampai hari 15 puncak perayaan Cap Gomeh. "Jadi tidak hanya satu hari saja. Masyarakat juga boleh ibadah di klenteng dekat rumah," tutupnya.
