OKU TIMUR, GLOBALPLANET - Berdasarkan pantauan di lapangan, terlihat tanaman padi hanya berbuah dipinggirnya saja. Sedangkan di bagian tengah sawah, seluruhnya sudah habis dimakan tikus.
Tarmuji salah satu petani terlihat hanya merenung dan pasrah karena sawah miliknya sudah tidak berbuah akibat serangan hama sejak dua tahun terakhir. Terhitung sudah empat kali tanam ia gagal panen dan merasakan kerugian yang besar, terlebih lagi biaya produksi yang tinggi.
"Jika dihitung banyak sekali kerugianya,dari biaya pupuk mahal sampai biaya penggarapan yang menggunakan traktor,"ujarnya.
Seharusnya, seluruh biaya itu bisa ditutupi dengan hasil yang didapat dari panen.Namun sekarang dia bersama petani lain hanya bisa pasrah karena satu- satunya sumber penghasilan mereka gagal untuk dipanen.
Untuk mengatasi hama tersebut sebenarnya petani di desa itu sudah melakukan berbagai upaya, hanya saja memang tidak membuahkan hasil."Sudah kita kasih obat, tapi masih juga padi kita dimakan hama, milik saya saja 1,5 hektare belum lagi milik petani lain,"imbuhnya.
Karena banyaknya padi yang tumbuh tidak berbuah, petani kini menebas padinya dan menggantinya dengan menanam sayur.
"Terpaksa kita tebas padinya untuk makanan sapi, lahan itu kita ganti dengan menanam sayur. Mudah - mudahan pemerintah segera memberi bantuan,"harapnya.
Sedangkan Suwondo petani setempat juga mengalami hal yang sama, dikatakanya dia sudah gagal panen sejak dua tahun yang lalu."Tidak hanya saya yang mengalami gagal panen tetapi ada para Petani lain juga dengan luas sawah sekitar 4-5 hektar,"imbuhnya.
Sudah berbagai macam cara petani di desa tersebut untuk memberantas hama tikus dan ulat dari menggunakan bahan kimia hingga tradisional.
Bahkan dirinya pernah mengeluarkan biaya Rp 1 juta dalam satu pekan sebagai upaya mengatasi hama tersebut namun tetap tidak berhasil.
"Sudah banyak cara yang kami lakukan untuk memberantas hama tikus ini dari bahan kimia hingga tradisional namun tidak memberikan hasil yang bagus,"terangnya.
