loader

Isu Corona Membuat Harga CPO Ambles Karena Permintaan Loyo

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Jumat lalu (24/1/2020) harga CPO kontrak pengiriman April 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) terkoreksi 2,19% menyentuh level RM 2.862/ton. Hari ini BMD libur karena sedang merayakan libur perayaan tahun baru imlek yang jatuh pada Sabtu kemarin (25/1/2020).

Di China libur perayaan tahun baru Imlek biasanya berlangsung lama hingga satu minggu. Momen ini membuat permintaan terhadap minyak nabati salah satunya minyak sawit menjadi melemah.

Apalagi saat ini kondisi China sedang genting karena penyebaran virus corona baru yang terus membuat korban berjatuhan. Perkembangan terbaru menunjukkan jumlah kasus virus corona semakin bertambah.

Dikutip dari CNBC International bahwa saat ini sudah ada 2.744 kasus pneumonia dilaporkan dan 461 dalam kondisi kritis. Jumlah korban meninggal dunia mencapai 80 orang.

Momen tahun baru imlek di China yang seharusnya menyenangkan malah berubah menjadi mencekam akibat wabah virus corona. Sektor perjalanan dan pariwisata yang seharusnya terdongkrak karena tahun baru justru loyo.

Pada Sabtu kemarin, Wakil Menteri Transportasi China Liu Xiamong mengatakan bahwa sektor perjalanan pada hari pertama tahun baru tikus logam kali ini anjlok 28,8% dibanding tahun lalu. Beberapa perayaan imlek serta taman hiburan juga ditutup. Berbagai kota dikarantina.

Pada Minggu (26/1/2020) stasiun kereta di Chengdu mengumumkan akan menutup beberapa jalur kereta cepat, termasuk rute ke Shang Hai dalam beberapa hari ke depan hingga awal Februari.

Tak hanya di China, pelemahan permintaan minyak sawit juga terjadi di India. Hal ini sebenarnya telah terjadi sejak India dan Malaysia terlibat konflik menyusul pernyataan Perdana Mahathir yang membuat India geram karena dituduh sebagai anti-Islam. India yang geram akibat kritikan Mahathir tersebut berbuntut aksi boikot minyak sawit Malaysia.

Menurut survei yang dilakukan oleh Intertek Testing Services, ekspor minyak sawit Malaysia periode 1-25 Januari 2020 turun 1,3% menjadi 1,02 juta ton dari sebelumnya 1,04 juta ton pada periode yang sama bulan sebelumnya.

Selain dua faktor di atas, nilai tukar ringgit juga terus menguat di hadapan dolar AS sejak Desember tahun lalu juga ikut memberatkan harga CPO. Kala ringgit menguat di hadapan dolar AS, harga CPO yang dibanderol dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal pagi pemegang mata uang dolar AS.
 

Share

Ads