loader

GAPKI Mencatat Selama Januari-Mei, Konsumsi Sawit Dalam Negeri Naik 3,6 Persen

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengatakan, konsumsi dalam negeri secara total masih positif ditengah berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Salah satu peningkat konsumsi adalah oleokimia yang naik 31,4 persen .

“Konsumsi biodiesel juga meningkat sebesar 23,2 persen. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang konsisten dalam implementasi program B30,” ungkap dia dalam siaran persnya, Kamis (09/7/2020).

Adapun dibandingkan dengan bulan April 2020, produksi CPO pada bulan Mei sebesar adalah 3.616 ribu ton atau turun 1,9 persen. Kemudian konsumsi dalam negeri turun 1,6 persen menjadi 1.380 ribu ton dan ekspor turun 8,3% menjadi 2.428 ribu ton.

Sedangkan harga CPO masih menunjukkan penurunan dari rata-rata USD 564 pada bulan April menjadi USD 526 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Mei. Demikian juga dengan nilai ekspornya turun USD 165 juta dari USD 1,64 milyar menjadi USD 1,47 milyar.

Apabila dibandingkan Januari-Mei 2019, produksi CPO dan PKO Januari-Mei 2020 adalah 19.001 ribu ton atau 14 persen lebih rendah. Selain itu, konsumsi dalam negeri adalah 7.334 ribu ton atau naik 3,6 persen.

Kemudian volume ekspor adalah 12.736 ribu ton atau turun 13,7 persen, tetapi nilai ekspornya naik dari USD 7.995 juta USD menjadi USD 8.437 juta. Sementara itu, produksi bulan Mei yang lebih rendah dari bulan April 2020 diduga masih disebabkan efek kemarau panjang 2019 dan pengaruh musiman, kata Mukti.

Penurunan ekspor terutama terjadi pada refined palm oil yang secara umum disebabkan oleh selisih harga minyak sawit dengan minyak kedelai yang kecil. Penurunan ekspor bulan Mei terbesar terjadi dengan tujuan China sebesar 87,7 ribu ton atau turun 21 persen.

Disusul ke Uni Eropa sebesar 81,5 ribu ton atau turun 16,62 persen, ke Pakistan sebesar 47 ribu ton atau turun 23,4 persen dan ke India sebesar 38,6 ribu ton atau turun 9,2 persen.

“Penurunan ekspor ke China mungkin juga disebabkan meningkatnya crushing oilseed (khususnya kedelai) yang cukup besar sehingga pasokan minyak nabati China tinggi,” ujar dia.

Meskipun terjadi penurunan ekspor ke beberapa negara, lanjut dia, ada beberapa negara tujuan ekspor yang menunjukkan kenaikan seperti Mesir dengan 42 ribu ton atau naik 81 persen dari ekspor April 2020, Ukraina dengan 31 ribu ton atau naik 99 persen, Filipina dengan 29 ribu ton atau meningkat 73 persen, Jepang dengan 19 ribu ton atau naik 35 persen dan ke Oman engan 15 ribu ton atau naik 85 persen.

Menurut dia, kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik. “Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel,” jelas Mukti

Share

Ads