loader

Kesenian Senjang, Ciri Khas pada Acara Pernikahan di Kabupaten Musi Banyuasin

Foto

SEPERTI - daerah nusantara lainnya, Kabupaten Musi Banyuasin memiliki ciri khas budaya yang membedakannya dengan daerah lain. Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin adalah sastra lisan. 

Ada beberapa sastra lisan yang dimiliki masyarakat Musi Banyuasin yaitu cerita rakyat, lagu daerah, bahasa daerah dan puisi rakyat. Puisi rakyat juga bermacam-macam, ada yang berbentuk mantra dan ada yang berbentuk pantun. Ini semua menunjukkan kekayaan spiritual nenek moyang kita, dalam hal ini masyarakat Musi Banyuasin. 

Salah satu kesenian yang dahulu dikenal di kalangan masyarakat Musi Banyuasin adalah kesenian Senjang. Daerah yang dijuluki Serasan Sekate ini menjadikan kesenian senjang sebagai ciri khasnya. Senjang sendiri tetap sering dipentaskan, namun pada waktu-waktu tertentu, mulai dari pernikahan atau kunjungan kerja pejabat pemerintah. 

Ada juga generasi muda di Kabupaten Musi Banyuasin yang tetap melestarikan kesenian ini, terbukti dengan beberapa kali acara pernikahan maupun kunjungan pejabat pemerintah senjang ditampilkan oleh remaja usia sekolah.

Senjang adalah salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan generasi tua dan generasi muda atau antara masyarakat dan pemerintah. Sebuah Senjang biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua merupakan bagian utama atau isi Senjang yang akan disampaikan. Bagian ketiga merupakan bagian penutup, biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari pesenjang. 

Selain itu, senjang juga berisi tentang pemenuhan keinginan berupa saran, kritik, dan strategi mengungkapkan kebahagiaan. Kesenian Senjang berasal dari salah satu kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu kecamatan Sungai Keruh, Kecamatan Sangga Desa meliputi Desa Ngunangi, Nganti dan Sanga Desa dan berlanjut ke Kecamatan Sekayu. Irama senjang dari masing-masing kecamatan di daerah Musi Banyuasin ini tidak sama. 

Kesenian Senjang tidak dapat disimpulkanberasal dari daerah Musi Banyuasin karena kesenian Senjang juga ada di daerah lain di hulu Sungai Musi. Beberapa daerah tersebut mulai dari Musi Rawas, Kawasan Rupit, Rawas, Muara Beliti, Kota Lubuklinggau, Tebingtinggi dan beberapa daerah lainnya.

Pelantun Senjang diakui sebagian besar berasal dari Kabupaten Musi Banyuas. Disebut senjang karena lagu dan musik tidak bertemu, yaitu ketika lirik lagu menghentikan musik, ketika musik diputar, orang-orang diam, sehingga tidak pernah bertemu, disebut senjang. Dari segi bentuk, senjang tak lebih dari bentuk puisi yang berima dengan bentuk. Oleh karena itu, jumlah lirik dalam satu bait selalu lebih dari empat baris. 

Salah satu ciri dari kesenian Sejang ini adalah penyajiannya yang rumit sehingga menarik. Dikatakan rumit karena selalu ada nyanyian selama pertunjukan. Pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia bisa membawakan lagunya sendiri, namun tidak jarang para penyanyinya tampil bersama. Meski ritme senjang ini biasanya monoton, namun juga bisa membuat penonton terhibur sekaligus tertawa karena di dalam isi senjang biasanya terdapat sindiran terhadap kedua mempelai pada saat acara pernikahan. 

Penampilan senjang tampaknya telah maju. Pada zaman dahulu, alat musik pengiring sejang adalah tanjidor. Dengan berkembangnya musik modern, tanjidor sudah mulai ditinggalkan, digantikan oleh musik melayu atau organ individu. Pada zaman dahulu, penutur Senjang kebanyakan menciptakan Senjang secara spontan, menyesuaikan tema yang ingin disampaikan dengan situasi mereka. Kemampuan untuk bersenjang telah langkah untuk sekarang.

 

 

 


Penulis: Deni Agustian
Mahasiswa Prodi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang

Share

Ads