loader

Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dari Kelapa Sawit

Foto

RIAU, GLOBALPLANET - Banyak orang beranggapan bahwa semakin luasnya lahan perkebunan kelapa sawit berdampak pada semakin sempitnya lahan hutan yang ada. Fakta empiris menyebutkan bahwa peristiwa deforestasi merupakan fenomena normal dalam proses pembangunan disetiap Negara di Dunia.

Industri kelapa sawit merupakan “sustainable development goals” yaitu memiliki tujuan pembangunan berkelanjutan salah satunya yaitu energi terbarukan. Perkebunan kelapa sawit Indonesia menghasilkan dua jenis energi terbaharui (renewable energy) yakni biofuel generasi pertama berupa biodiesel dan biofuel generasi kedua berupa bioethanol (berbasis biomas) dan Biogas (berbasis POME). Energi tersebut dihasilkan secara bersamaan (joint product) dan berkelanjutan.

Potensi produksi biomas perkebunan sawit Indonesia mencapai sekitas 182 juta ton bahan kering. Jika diolah menjadi ethanol dapat menghasilkan bioethanol sebesar 23.7 juta kilo liter setiap tahun. Selain itu pemanfaatan 147 juta ton POME (Palm Oil Mill Effluent) dapat menghasilkan 4.127 juta m3 biogas. Perkebunan kelapa sawit merupakan industri penting dalam rencana transformasi energi nasional dari energi tak terbarui (non renewable energy) ke energi terbarui (renewable energy). (Indonesian palm oil association, 2016)

Pada tanaman kelapa sawit, energi matahari ditangkap dan disimpan dalam ikatan-ikatan kimia karbon dan hidrogen kompleks sehingga tampak pertumbuhan dan produksi dari tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan tubuh tanaman itulah yang disebut biomas.

Sedangkan produksinya dikenal dengan Tandan Buah Segar (TBS) yang melalui proses pengolahan diperoleh minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), minyak inti sawit (Palm Kernel Oil/PKO) dan biomas (tandan kosong, cangkang, serat buah, bungkil inti sawit).

Hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit menghasilkan dua bentuk energi yakni dalam bentuk CPO/PKO dan dalam bentuk biomas (pelepah daun, batang, tandan kosong, cangkang, serat buah , bungkil inti sawit). Kedua bentuk energi tersebut merupakan produk bersama (joint product) dimana peningkatan CPO/PKO juga disertai dengan peningkatan biomas.

Melalui proses lanjutan dari CPO/PKO dapat dihasilkan biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester/FAME), yang sering juga disebut biofuel generasi pertama (first generation biofuel). Biodiesel merupakan pengganti solar fosil (diesel). Sedangkan biomas melalui proses lanjutan (kimiawi, biologis) dapat diperoleh bioethanol sebagai pengganti premium fosil (gasoline).

Biomas tersebut sering dinamakan sebagai biofuel generasi kedua (second generation biofuel). Selain biodiesel dan bioethanol dari limbah pabrik kelapa sawit atau POME (Palm Oil Mill Effluent) melalui teknologi biogas (methane capture) dapat diperoleh energi berupa gas metan (biogas) sebagai pengganti gas bumi. Berbeda dengan energi fosil (solar, premium, gas alam) yang tidak dapat diperbarui (non renewable), biofuel sawit (biodiesel, bioethanol, biogas) merupakan energi terbarui (renewable energy).

Penggunaan energi terbarukan dari kelapa sawit selain sifatnya yang sustainable juga lebih ramah lingkungan. Energi yang ada saat ini menghasilkan emisi gas-gas yang dapat mengakibatkan efek rumah kaca, tetapi dengan penggunaan Energi Baru Terbarukan/EBT dari kelapa sawit menjadi lebih ramah lingkungan.

Namun potensi energi ini belum banyak diketahui terlebih oleh masyarakat awam yang selalu menganggap sawit sebagai penyumbang dampak buruk terbesar bagi lingkungan tanpa memperhatikan sudut potensi lain yang dapat dimanfaattkan dari kelapa sawit, sehingga diperlukan solusi cerdas untuk memulai pemanfaatan potensi ini, dalam hal ini tentunya juga membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk menyelamatkan generasi-generasi selanjutnya dari kemiskinan energi.

 

Siti Rukayah – Universitas Riau

 

Share

Ads