PALEMBANG, GLOBALPLANET - Lewat dana wakaf yang terkumpul saat ini, Global Wakaf – ACT membangun aset-aset yang bermanfaat untuk umat. Hal tersebut diungkapkan oleh Ahyudin, Presiden Global Islamic Philanthropy (GIP). Ia mencontohkan melalui Lumbung Beras Wakaf (LBW), dana wakaf tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur pertanian sedemikian rupa dan pembiayaan UMKM sehingga hasilnya murni digunakan untuk membangun kembali perekonomian.
“Bencana begitu ramainya terjadi, namun saat ini bencana kemiskinan adalah bencana yang terbesar yang kita rasakan di tengah pandemi. Jihad akhir zaman adalah membebaskan umat dari kemiskinan. Dan kita tahu bahwa pekerjaan membangun peradaban adalah tidak mudah. Sehingga, diperlukan energi dan dukungan yang besar,” ungkap Ahyudin dalam diskusi tersebut.
Dalam diskusi ini ditekankan pula terkait manfaat dan keutamaan wakaf sebagai amal ibadah yang tak terputus. Wakaf termasuk amal ibadah yang istimewa bagi kaum muslim. Hal ini karena pahala amalan wakaf bukan hanya dipetik ketika wakif masih hidup, namun juga tetap mengalir meskipun wakif telah meninggal dunia. Semakin banyak orang yang memanfaatkannya, maka semakin bertambah pula pahalanya.
Dalam forum ini, juga dibahas bagaimana Sulaiman Al Rajhi, salah satu orang terkaya di dunia, pendiri Bank Syariah terbesar di dunia yang mewakafkan seluruh hartanya sebagai bentuk kecintaannya kepada Allah dan tujuannya ingin menggerakan peradaban Islam. Ia menjadi contoh konglomerat dunia yang terus berjuang memperbesar kekuatan umat dari sisi ekonomi. Semangat kedermawanan inilah yang ingin terus digaungkan di Indonesia.
“Kami ingin sekali wakaf menjadi gerakan besar tidak hanya di nasional tetapi juga internasional. Supaya gerakan wakaf menjadi masif di Indonesia, kita angkat objek wakaf yang paling strategis, yaitu wakaf tunai. Karena nominal dan waktunya fleksibel, tidak eksklusif. Wakaf tunai tidak hanya dapat dilakukan oleh orang yang banyak hartanya, tetapi siapa saja. Jika kita pahami manfaatnya, wakaf adalah ladang amal terbesar kita bahkan hingga kita meninggal,” tambah Ahyudin.
Presiden ACT Ibnu Khajar memperkuat narasi tersebut bahwa gemilangnya sebuah peradaban Islam dimulai dari Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya yang selalu memisahkan hartanya untuk umat.
“Momentum pandemi saat ini adalah momentum kita untuk semangat, membangun kembali peradaban, bangkit kembali. Mari bayangkan bila semakin banyak orang berwakaf, maka akan ada perputaran uang yang besar juga, pahala berlipat-lipat akan tersebar di seluruh penjuru dan elemen bangsa,” jelas Ibnu.
Ibnu menambahkan, melalui wakaf, masyarakat dapat berkolaborasi baik dalam skala kecil seperti tidak hanya melalui wakaf tunai, namun juga wakaf saham. Nantinya aset-aset yang berkembang kemudian akan diberikan lagi kepada masyarakat yang membutuhkan.
Hingga saat ini, program-program wakaf yang digulirkan Global Wakaf - ACT fokus pada pemberdayaan UMKM. Harapannya, aliran dana wakaf yang terhimpun menjadi cara mempercepat bangkitnya UMKM yang menjadi salah satu penyokong utama perekonomian bangsa.
Ustaz Ahmad Faris BQ yang turut hadir meramaikan diskusi tersebut, juga menjelaskan bahwa di zaman Rasul, ekonomi menjadi fokus utama ketika akan membangun peradaban Islam. Ia menyampaikan bahwa sekitar 93% perjuangan Rasulullah berfokus pada membangun ekonomi yang berkeadilan, membangun perpolitikan yang bermartabat, menjaga hak asasi manusia, dan menegakkan keadilan hukum.
“Jadi, sudah saatnya kita juga mengikuti apa yang paling diperjuangkan Rasulullah yaitu membangun peradaban ekonomi umat. Wakaf bergerak dalam bidang ekonomi. Karena ada faktor nazir dan institusi professional untuk mengelola keuangan,” imbuh Ustaz Faris.
Di luar esensi kebangkitan ekonomi, ia juga menambahkan bahwa kualitas agama seseorang juga dilihat dari cara ia berperilaku terhadap anak yatim dan orang miskin. “Maka celakalah orang yang salat, tetapi menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Ma’un,” tutupnya.