loader

Harga CPO Sentuh Rekor Tertinggi Tahun Ini

Foto

JAKARTA, GLOBALPLANET - Dikutip dari CNBC Indonesia, pada 10.40 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 2% ke RM 3.158/ton. Di harga sekarang harga CPO sudah mengungguli harga tertinggi sepanjang tahun ini yang berada di RM 3.134/ton pada 10 Januari lalu.

Pemicu naiknya harga CPO adalah penurunan output yang dibarengi dengan kenaikan permintaan sehingga membuat stok atau persediaan di Negeri Jiran mengalami penurunan.

Persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan merosot ke level terendah dalam tiga tahun pada bulan Oktober, dengan cuaca hujan yang kurang bersahabat dan pembatasan akibat pandemi.

Stok minyak sawit di produsen terbesar kedua dunia diperkirakan turun 9,8% (mom) di bulan Oktober menjadi 1,56 juta ton atau terendah sejak Juni 2017 setelah kenaikan marjinal dalam dua bulan terakhir.

Malaysia secara historis mengalami peningkatan stok minyak sawitnya pada Oktober, kata para analis.

"(Puncak) dari hujan yang lebat mengganggu aktivitas panen ... dan adanya pengurangan tenaga kerja di tengah merebaknya Covid-19 kemungkinan akan menurunkan output," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura kepada Reuters.

Penutupan perbatasan dan perintah sementara di negara bagian utama penghasil kelapa sawit Sabah agar perkebunan bekerja dengan kapasitas setengahnya untuk membantu menahan wabah virus Corona telah menyebabkan kekurangan pekerja yang memanen buah sawit yang mudah rusak dan pada akhirnya merusak hasil panen.

Produksi minyak sawit kemungkinan turun 5,6% (mom) ke terendah dalam lima bulan menjadi 1,77 juta ton, sementara ekspor diperkirakan naik 5,5% ke level tertinggi tiga bulan menjadi 1,7 juta ton.

Dewan Minyak Sawit Malaysia akan merilis data resmi pada 10 November. Hasil median survei Reuters menyebutkan konsumsi Malaysia pada Oktober mencapai 283.556 ton.

Ekspor yang tinggi ke India selama musim perayaan Diwali berhasil mengimbangi lemahnya ekspor ke Uni Eropa dan China bulan lalu, tetapi pembelian India diperkirakan melambat pada November.

Tingkat stok kemungkinan akan mengetat hingga akhir tahun karena perkebunan memasuki musim produksi yang lebih rendah dan periode musim hujan yang lebat di kawasan tropis pasifik sebagai akibat dari fenomena La Nina.

La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik memicu curah hujan tinggi hingga 40% di atas curah hujan normal. Berkaca pada kejadian sebelumnya, La Nina selalu dibarengi dengan bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor yang membuat aktivitas panen menjadi terganggu dan kerusakan stok.

"Permintaan konsumen juga cenderung turun selama musim dingin India antara Desember dan Maret, ketika konsumen biasanya beralih ke minyak kedelai karena tidak mengeras di cuaca dingin seperti minyak sawit," kata Adrian Kok, analis ekuitas di Kenanga Investment Bank, melansir Reuters.

Kemudian untuk sentimen negatif yang cenderung bakal menekan harga adalah maraknya lockdown di Eropa akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang tinggi. Banyak negara-negara Eropa yang mulai menerapkan kembali pembatasan, Prancis menjadi contoh yang ekstrem karena menerapkan lockdown nasional.

Langkah pembatasan juga dilakukan oleh Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Norwegia dan Hungaria. Eropa merupakan salah satu destinasi ekspor minyak sawit RI dan Negeri Jiran.

Lockdown membuat mobilitas publik kembali tertekan, akibatnya kebutuhan akan bahan bakar menurun drastis. Hal ini berdampak pada harga minyak yang terkoreksi. CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang merupakan bahan bakar alternatif minyak.

 

Share

Ads