JAKARTA, GLOBALPLANET. - “B40 belum siap. Paling tidak baru bisa dijalankan pada semester pertama tahun depan,” ujar Dadan Kusdiana, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI.
Dadan mengakui implementasi B40 sangat berat dari sisi pendanaan. Selama ini, pendanaan B30 bertumpu kepada pungutan ekspor sawit. Dana ini dikelola untuk beragam pembiayaan antara lain program biodiesel, peremajaan sawit, riset, dan SDM.
Dikatakan Dadan, tantangan pembiayaan B30 disebabkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang cukup tinggi tahun ini. Di sisi lain, harga minyak bumi merosot tajam, imbasnya insentif yang dikeluarkan menjadi besar.
Saat ini, pemerintah berupaya menerapkan berbagai upaya untuk menekan selisih ini. Menurut Dadan, selisih antara harga biodiesel dengan solar semakin lebar.
“Kami upayakan penurunan biaya dari proses angkut. Langkah berikutnya penerimaan dari (pungutan) sawit ditingkatkan supaya bisa menutupi gap tersebut,” katanya dilansir dari Sawit Indonesia.com.
Dadan menyatakan ujicoba B40 terus berjalan dalam tahap finalisasi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengkaji Biodiesel 40% (B40) untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel.
Kajian implementasi B40 ini telah sampai pada tahap uji ketahanan 1.000 jam pada engine test bench di laboratorium Lemigas.