JAKARTA, GLOBALPLANET. - “Dulu tempat agrowisata itu, dikenal daerah angker dan banyak ular. Lalu, kami ubah daerah ini menjadi agrowisata,” ujar Sutiyana, Ketua Umum KUD Tani Subur dalam perbincangan melalui telepon.
KUD meresmikan pengoperasian agrowisata pada 2017. Di tahun pertama, agrowisata ini menghasilkan pendapatan bagi koperasi sebesar Rp 2,1 milyar. Selanjutnya tahun 2019, pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp 2,4 miliar. Luas agrowisata ini mencapai 22 hektare.
“Tapi di masa pandemi ini, kegiatan agrowisata dihentikan sementara. Jadi berdampak kepada pendapatan,” ujar Sutiyana yang menjabat Sekretaris Bidang Promosi & Pemasaran DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO).
Harga tiket agrowisata sangat terjangkau bagi masyarakat sekitar dipatok antara Rp15.000—Rp20.000/orang.
Di divisi agrowisata KUD Tani Subur memiliki jumlah karyawan sebanyak 30 orang, unit usaha yang berdiri pada tanggal 30 Desember 2017 ini tidak hanya menawarkan keindahan tempat wisatanya saja. Sesuai dengan namanya, Agrowisata Education memadukan antara edukasi dengan wisata, sehingga para pengunjung tidak hanya sekedar menikmati wisatanya saja tetapi juga bisa mengambil ilmu yang bermanfaat seperti cara membuat tanaman hidroponik dan berkebun
Koperasi Unit Desa (KUD) Tani Subur berdiri pada 1984 yang ditujukan membantu para transmigran yang tidak lagi menerima bantuan dari pemerintah. Kini jumlah anggota KUD Tani Subur mencapai 1.639 Orang anggota.
KUD Tani Subur memiliki 9 unit divisi usaha yaitu divisi perkebunan, divisi peternakan, divisi agrowisata, divisi simpan pinjam divisi toserba, divisi sertifikasi, divisi pengadaan barang dan gudang, divisi pemasaran, dan divisi jual beli TBS sawit.
Sebagai informasi, KUD Tani Subur memperoleh sertifikat ISPO dan RSPO pada tahun 2017 dan 2018 untuk 708 anggota petaninya dengan total luas lahan 1.420 hektar.
“KUD Tani Subur telah berkembang pesat. Awalnya kantor kecil dan minim kegiatan. Tetapi berkat kerja keras anggota dan pengurus kini sudah memiliki kantor sendiri. Ini semua juga didukung kepercayaan masyarakat,” ujar pria kelahiran Boyolali pada 26 Oktober 1968 dilansir dari Sawit Indonesia.com.