JAKARTA , GLOBALPLANET - Dibukanya kembali ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) beserta turunannya, berpengaruh signifikan terhadap tangki-tangki pabrik kelapa sawit.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Edy Martono menyebut, tangki-tangki di pabrik yang sebelumnya penuh kini mulai berkurang. Ia menyebut, akan masuk ke kondisi normal sekitar akhir Juni 2022 ini.
“Saya dapat info kalau kalau di Bengkulu PKS (pabrik kelapa sawit) sudah mulai terima TBS (tandan buah segar) petani, artinya CPO sudah mulai keluar, kita berharap bulan Juni ini tanki-tanki sudah mulai terkuras,” katanya, dilansir dari Liputan6, Minggu (12/6/2022).
Kendati begitu, ia mengaku para eksportir anggota Gapki telah melakukan kegiatannya kembali. Sebelumnya, ia mengebut porsi ekspor dari anggota Gapki cukup kecil.
“Ekspor sudah mulai jalan tetapi saya belum dapat update berapa jumlahnya,” katanya.
Dibukanya keran ekspor bagi komoditas bahan baku minyak goreng dan turunannya ini, dipandang membawa tren baik bagi pengusaha. Edy mengaku saat ini kegiatan pengusaha sudah menuju normal, meski belum sepenuhnya normal.
“Normal belum, tetapi menuju ke normal,” katanya.
Dengan bergulirnya kembali kegiatan di sektor ini, Edy mengaku belum ada dampak yang signifikan. Misalnya, terkait harga tandan buah segar di tingkat petani.
Sebelumnya, penutupan ekspor turut berimbas pada harga TBS dan penyerapan TBS petani. Bahkan, ada ancaman gagal panen dari kebun-kebun sawit.
“Karena belum normal maka harga CPO dan harga TBS belum ada perubahan yang signifikan, mudah-mudahan setelah ekspor berjalan lancar harga ikut terangkat,” ungkapnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan atau Menko Luhut tidak memungkiri bahwa kebijakan minyak goreng dan CPO pemerintah pastinya tidak dapat menyenangkan semua pihak.