JAKARTA , GLOBALPLANET - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI mendukung pengembangan produk sawit untuk pangan. Hal ini disampaika Asisten Deputi Pengembangan Perkebunan Edy Yusuf.
Menurut Edy Yusuf berkah bagi Indonesia bahwa Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah tropis sepanjang garis katulistiwa seperti Indonesia. Potensi dan kontribusi besar dari sektor kelapa sawit pada perekonomian nasional dengan luas 16,38 juta ha.
“Sekitar 6,8 juta ha dimiliki dan dikelola pekebun rakyat yang jumlahnya ada 2,6 juta orang hal tersebut sangat mempengaruhi penurunan kemiskinan di pedesaan. Di desa-desa yang sumber mata pencahariannya dari kelapa sawit ekonominya semakin bertumbuh,” ujarnya saat memberikan pidato kunci dalam Webinar “Inovasi Sawit dalam Industri Pangan” yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dan BPDPKS pada 25 Mei 2022.
Edy menuturkan kelapa sawit juga menyumbang 13,6% terhadap ekspor non migas serta mendorong Indonesia untuk mandiri energi melalui mandatory B30. Sektor kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. dan, dari sisi statistik perekonomian komoditas kelapa sawit telah berkontribusi 3,5% terhadap Produk Domestic Bruto (PDB) sehingga sektor kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya pemerintah saja namun oleh semua pihak,” tambah edy.
Kontribusi Sawit Bagi Pangan
Dampak dari pengembangan kelapa sawit, pengembangan sektor pertanian dan peningkatan sektor pendidikan yang berdampak pada peningkatan sumber daya manusia (SDM), terciptanya lapangan pekerjaan yang nantinya akan menumbuhkan pusat ekonomi baru di pedesaaan yang mampu dijangkau oleh masyarakat.
Dikatakan Edy, melihat kontribusi dan peranan minyak sawit kita perlu aksi bersama dan bagaimana keberlanjutan hulu hingga hilir kelapa sawit sehingga terjadi harmonisasi people, planet dan profit. “Sayangnya belum banyak pihak yang paham tentang kelapa sawit bahkan banyak anggapan kelapa sawit merupakan komoditas perusak dan dampak negatif yang ditonjolkan dari komoditas tersebut,” ucapnya.
“Saat ini, kelapa sawit menjadi industri global dengan mengolah minyak mentah sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dengan bahan baku dari banyaknya industri makanan, kosmetik, sabun, hand sanitizer, oleochemical hingga rewneble energy untuk Biodiesel. Oleh karena itu, boleh dikatakan selama hidup 24 jam berdampingan dengan produk berbahan minyak sawit,” imbuh Edy.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI mencatat, kontribusi sawit pada perekonomian sebesar 15,6 persen terhadap total ekspor non-migas, dan 3,5 persen terhadap PDB nasional.
Industri sawit juga memperkerjakan 16,2 juta pekerja. Industri sawit ini selain mendorong kemandirian energi, mengurangi emisi gas, juga mengurangi impor solar atau diesel sebesar Rp38 triliun di tahun 2020. Dengan adanya program B30 diperkirakan terjadi penghematan devisa sebesar Rp56 triliun.
Selain itu, industri sawit banyak menyerap tenaga kerja. Data Kementerian Pertanian tahun 2019, jumlah petani yang terlibat di perkebunan kelapa sawit sebanyak 2,67 juta orang dan jumlah tenaga kerja sebanyak 4,42 juta pekerja. Jumlah tersebut terdiri atas 4,0 juta atau 90,68 persen pekerja di perkebunan sawit besar swasta nasional, 321.000 atau 7,26 persen pekerja perkebunan sawit besar negara, dan 91.000 atau 2,07 persen pekerja perkebunan sawit besar swasta asing.t
Kelapa sawit di Indonesia telah berkembang dan menjadi komoditas penting di dunia. Dari sisi produksi minyak sawit Indonesia sudah mampu mengalahkan Malaysia. Dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang lebih dari setengahnya yaitu 35 juta ton. Indonesia menyumbang 54 persen dari produksi minyak sawit dunia.
Bahkan, kelapa sawit sudah mampu berkontribusi pada Negara yaitu menjadi penyumbang devisa negara dari nilai ekspor yang terus meningkat. Dan, menjadi penggerak perkenomian wilayah, menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan.